A. Sejarah dan Perkembangan E-learning
E-learning atau pembelajaran
elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di
Urbana-Champaign menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan
komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa
adalah sebagai berikut:
1.
Tahun
1990
Era CBT (Computer-Based Training) aplikasi komputer mulai bermunculan
e-learning dapat berbentuk PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM.
Materi meliputi bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT
mov, mpeg-1, atau avi.
2.
Tahun
1994
CBT dapat diterima oleh masyarakat dan
menjadi katalisator kemajuan karena sejak tahun 1994 CBT bermunculan
paket-paket menarik dan diproduksi secara massal.
3.
Tahun
1997
LMS (Learning Management System). Masyarakat dunia mulai terkoneksi
dengan internet. Informasi dapat diterima secara serentak tanpa kendala waktu
dan tempat menjangkau masyarakat dunia. Kebutuhan informasi juga meningkat,
tuntutan kebutuhan melahirkan teknologi baru muncullah LMS. Perkembangan dan
peran LMS menuntut adanya standarisasi. Standarisasi dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS,
SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
4.
Tahun
1999
Sebagai tahun Aplikasi E-learning
berbasis Web. Perkembangan LMS menghasilkan aplikasi e-learning berbasis Web
secara total, baik untuk pembelajar (learner)
maupun administrasi belajar mengajarnya. Variasi multimedia juga semakin
menarik dari perpaduan tulisan, grafik, gambar, film, video streaminng,
tersambung langsung dengan sumber-sumber lain seperti majalah, surat kabar
bahkan dalam bentuk interaktif. Berkaitan dengan pendidikan e-learning dapat
difungsikan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar.
B. Pengertian
E-Learning
Sistem pembelajaran
elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic
learning disingkat E-learning)
adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi
logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau
murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung.
E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu
saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Berikut ini terdapat beberapa definisi e-learning
menurut beberapa ahli, diantaranya seperti:
1.
Thomson, Ganxglass,
dan Simon (dalam Siahaan, 2004) : E-learning merupakan suatu pengalaman belajar
yang disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh e-learning
(pembelajaran elektronik) dapat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan
pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan
berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara
langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous).
E-learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audiobroadcasting, video/audioconferencing, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung). Kegiatan e-learning termasuk dalam model pembelajaran individual.
E-learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audiobroadcasting, video/audioconferencing, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung). Kegiatan e-learning termasuk dalam model pembelajaran individual.
2.
Menurut Loftus (2001)
dalam Siahaan (2004) kegiatan e-learning lebih bersifat demokratis dibandingkan
dengan kegiatan belajar pada pendidikan konvensional, karena peserta didik
memiliki kebebasan dan tidak merasa khawatir atau ragu-ragu maupun takut, baik
untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak
ada peserta belajar lainnya yang secara fisik langsung mengamati dan
kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau mencemoohkan pertanyaan
maupun pernyataannya. Profil peserta e-learning adalah seseorang yang :
a.
Mempunyai motivasi
belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar secara
bersungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta
belajar itu sendiri
b.
Senang belajar dan
melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri terus menerus, dan
yang menyenangi kebebasan
c.
Mengalami kegagalan
dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan membutuhkan
penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak
disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat
kelulusan sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui
e-learning, serta yang terpaksa tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai
pertimbangan.
3.
Brown, (2000) Feasey,
(2001) : Elektronik (e-learning)
merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya
C. Undang Undang Tentang E-learning
Undang-undang RI no. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 31 menyatakan:
1.
Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan
pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
2.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
3.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan
dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu
lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
4.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bentuk pendidikan
jarak jauh mencakup program pendidikan tertulis (korespondensi), radio,
audio/video, TV dan/atau berbasis jaringan computer.
Dengan demikian
sebenarnya eLearning dimungkinkan untuk penggunaan PJJ pada semua jalur, jenjang
dan jenis pendidikan. Dan
untuk cakupannya, e-learning memiliki Batasan-batasan yang mencakup: Dana,
waktu dan sasaran dalam pembelajarannya
D. Fungsi Pembelajaran
Elektronik (e-learning)
Menurut Siahaan (2004), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi
pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas
(classroom instruction):
1.
Suplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta
didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran
elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta
didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya
opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan
2.
Komplemen (pelengkap)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang
diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau
remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment),
apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi
pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk
mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan
untuk mereka.
Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan
terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai
program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memahami
materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatkan
materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk
mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran
yang disajikan di kelas.
3.
Substitusi
(pengganti)
Dikatakan sebagai substitusi apabila e-learning
dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan
model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif model yang dapat
dipilih, yakni :
a.
Sepenuhnya secara
tatap muka (konvensional)
b.
Sebagian secara tatap
muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan
c.
Sepenuhnya melalui
internet.
E. Manfaat E-learning
Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates (1995)
dan Wulf (1996) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1.
Meningkatkan kadar
interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
2.
Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
3.
Menjangkau peserta
didik dalam cakupan yang luas (potential
to reach a global audience).
4.
Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Dengan demikian diharapkan penerapan e-learning di perguruan
tinggi dapat memberikan manfaat antara lain :
1.
Adanya peningkatan
interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dengan dosen
2.
Tersedianya
sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas
3.
E-learning yang
dikembangkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan
kualitas perguruan tinggi
4.
Terbentuknya
komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima
serta tidak terbatas dalam satu lokasi
5.
Meningkatkan kualitas
dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan bahkan tidak
terbatas
F.
Jenis-jenis e-learning menurut William Horton (2003)
1.
Learner-led e-Learning
Kategori ini dikenal pula
dengan istilah self-directed e-learning. Yaitu, e-learning yang dirancang untuk
memungkinkan pemelajar belajar secara mandiri. Itulah sebabnya disebut dengan
learner-led e-learning. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pembelajaran bagi
para pemelajar mandiri (independent learner). Learner-led e-Learning berbeda
dengan computer-based training yang sama-sama didedikasikan untuk belajar
mandiri. Bedanya, dalam computer-based training, pembelajar mempelajari materi
tanpa melalui jaringan internet atau web, tapi via komputer, seperti melalui
CD-ROM atau DVD. Nah, dalam learner-led e-learning, semua materi (seperti
multimedia presentation, html, dan media interaktif lain) dikemas dan dideliver
via jaringan internet/web
2.
Instructor-led e-Learning
Tentu saja, jenis yang satu
ini merupakan kebalikan dari learner-led e-learning, yaitu penggunaan teknologi
internet/web untuk menyampaikan pembelajaran seperti pada kelas konvensional.
Pendek kata, kelas pindah ke web. Begitu kira-kira. Konsekuensinya, memerlukan
teknologi pembelajaran sinkronous (real time) seperti konferensi video, audio,
chatting, bulletin board dan sejenisnya.
3.
Facilitated e-Learning
Kategori ini, merupakan
kombinasi dari learner-lead dan instructor-led e-learning. Jadi, bahan belajar
mandiri dalam beragam bentuk disampaikan via website (seperti audio, animasi,
video, teks, dalam berbagai format tertentu) dan komunikasi interaktif dan
kolaboratif juga dilakukan via website (seperti forum diskusi, konferensi pada
waktu-waktu tertentu, chatting, dll).
4.
Embedded e-Learning
Kategori ini agak berbeda.
Embedded e-Learning memberikan upaya agar terjadi semacam just-in time training
sama dengan electronic performance support system. Kategori e-learning ini
dirancang untuk dapat memberikan bantuan segera, ketika seseorang ingin
menguasai keterampilan, pengetahuan atau lainnya sesegera mungkin saat itu juga
dengan bantuan aplikasi program yang ditanam diwebsite.
5.
Telementoring dan
e-Coaching
Kategori ini adalah
pemanfaatan teknologi internet dan web untuk memberikan bimbingan dan pelatihan
jarak jauh. Dalam konteks ini, tool seperti telekonferensi (video, audio,
komputer), chatting, instant messaging, atau telepon dipergunakan untuk memandu
dan membimbing perkembangan peserta belajar (pembelajar) dalam menguasai
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dikuasainya. Sama halnya dengan
embedded e-learning, kategori ini, lebih banyak diaplikasikan di industri atau
perusahaan-perusahaan besar di era global ini.
G.
Metode Pelatihan dan Pembelajaran dengan E-learning
Cara penyampaian materi dengan
e-learning dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi satu arah dan dua arah. Untuk
pembelajaran interaktif menggunakan jenis komunikasi dua arah, untuk membangun
interaksi yang baik antara dosen dan mahasiswa sebaiknya jenis ini yang
dipilih. Dalam e-learning sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan
menjadi dua yaitu :
1. Synchronous Training / learning (pada waktu yang sama).
Proses pembelajaran terjadi dalam real
time antara pengajar sedang mengajar dan peserta didik belajar. Kegiatan
seperti ini dapat diselenggarakan dengan menggunakan interaksi langsung antara
pengajar dan peserta didik baik melalui internet maupun intranet. Pelatihan /
pembelajaran e-learning synchronous banyak digunakan seminar/ konferensi di
ruang kelas atau kuliah online.
2. Asynchronous Training (pada waktu yang tidak bersamaan).
Pelatihan / pembelajaran berupa paket
dapat dijalankan dengan komputer ditempat yang tidak terbatas tanpa melibatkan
interaksi dengan pengajar. Peserta pelatihan / peserta didik dapat memulai dan
menyelesaikan pelajaran setiap saat. Paket pelajaran berbentuk bacaan dengan
animasi, simulasi, permainan edukatif, maupun latihan dengan disediakan
jawaban.
Agar
e-learning menarik dan dapat memberikan dampak peningkatan kualitas
pembelajaran ada 3 syarat yang harus dipenuhi pada perancangan.
1. Sederhana, sistem sederhana, instruksi
mudah diikuti, panel yang disediakan mudah dikenali, menu dengan navigasi yang
mudah diikuti dapat menjadikan waktu belajar lebih efisien.
2. Personal, pengajar / dosen interaksi
dosen dan mahasiswa dibangun secara baik layaknya berkomunikasi di depan kelas.
Pendekatan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan
kemajuannya serta dibantu segala persoalan yang dihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan
kecepatan, respon yang cepat terhadap kebutuhan peserta didik. E-learning
dibangun dengan tetap memperhatikan prinsip pembelajaran konvensional hanya
materi dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Dalam penyusunan materi
harus tetap memperharikan unsur-unsur pembelajaran seperti perumusan tujuan
harus operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre-test, membangkitkan
motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas,
contoh-contoh konkrit, problem solving, Tanya jawab, diskusi, post test sampai
penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning
perlu melibatkan pihak terkait, anatar lain : pengajar, ahli materi, ahli
komunikasi, programmer, seniman dan lain-lain.
H. Strategi E-Learning
Strategi penggunaan
e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat
meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan
partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri
mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan
kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan
perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses
belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada
ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan
suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan
harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi
keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang
digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan
data kemajuan mahasiswa.
Materi
dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan
dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber
dari tenaga-tenaga ahli (experts).
Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik
menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan
animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif
dua langkah.
Menurut
Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
1. Learning by doing
Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak
dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih
untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan
pesawat yang sesungguhnya
2. Incidental learning
Mempelajari
sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh
karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu
melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya
dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara
melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
3. Learning by
reflection
Mempelajari
sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari.
Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan
informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan
ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan
berdasarkan masukan dari mahasiswa.
4. Case-based learning
Mempelajari
sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak
dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus
yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat
mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli
tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
5.
Learning by exploring
Mempelajari
sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak
dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara
melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan
informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari
sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa
diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan
aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut.
Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
I.
Faktor-Faktor
Pendukung E-Learning
E-learning
dalam pendidikan memiliki peran menggeser lima cara dalam proses pembelajaran
yaitu:
1. Dari pelatihan ke penampilan
2. Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja
3. Dari kertas ke “on line” atau saluran
4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata, Rosenberg
(2001).
Teknologi
informasi yang merupakan bahan pokok dari e-learning itu sendiri berperan dalam
menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang
mempengaruhi teknologi informasi yaitu:
1. Infrastruktur
2. Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
4. Finansial
5. Konten dan Aplikasi.
Maksud
dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
pesat maka:
1. Dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan
akses informasi di
manapun dengan kecepatan yang mencukupi.
2. Faktor SDM menuntut ketersediaan human
brain yang menguasai teknologi tinggi.
3. Faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan
berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi
jangka panjang.
4. Faktor finansial membutuhkan adanya sikap
positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi
informasi.
5. Faktor konten dan aplikasi menuntut adanya
informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta
ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada
penggunanya.
E-learning yang merupakan salah satu produk
teknologi informasi tentu juga
memiliki faktor pendukung dalam terciptanya
pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut :
1. Harus ada kebijakan sebagai payung yang
antara lain mencakup
sistem pembiayaan dan arah pengembangan.
2. Pengembangan isi atau materi, misalnya
kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian,
nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau latihan penggunaan
komputer.
3. Persiapan tenaga pengajar
4. Penyediaan perangkat kerasnya.
J. Penyelenggaraan
E-Learning
Pembelajaran elektronik (e-learning) telah dimulai pada tahun 1970-an. Kegiatan belajar
yang bagaimanakah yang dapat dikatakan sebagai e-learning? Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam
kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi
pembelajaran) dari internet dapat dikatakan telah melakukan e-learning? Ilustrasi berikut merupakan
kegiatan e-learning (dalam Siahaan,
2004) :
Ada seseorang yang membawa laptop ke sebuah tempat.
Dia melakukan akses terhadap berbagai materi program pelatihan yang
tersedia. Tidak ada layanan bantuan belajar dari tutor maupun dukungan layanan
belajar bentuk lainnya. Dalam konteks ini, apakah orang tersebut dapat
dikatakan telah melaksanakan e-learning? Jawabnya adalah TIDAK. Mengapa? Karena
yang bersangkutan di dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya tidak
memperoleh layanan bantuan belajar dari tutor maupun layanan bantuan belajar
lainnya. Bagaimana kalau yang bersangkutan mempunyai telepon genggam kemudian
menghubungi seorang tutor? Apakah dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa yang
bersangkutan telah melaksanakan e-learning? Jawabnya YA.
Dari ilustrasi di atas, setidaknya dapat ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu :
Dari ilustrasi di atas, setidaknya dapat ditarik 3 (tiga) hal penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik (e-learning), yaitu :
1.
Kegiatan pembelajaran
dilakukan melalui pemanfaatan jaringan (misalnya penggunaan internet)
2.
Tersedianya dukungan
layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, misalnya CD-Room,
atau bahan cetak, dan
3.
Tersedianya dukungan
layanan tutor yang dapat membantu peserta didik apabila mengalami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut masih dapat
ditambahkan persyaratan lainnya, seperti adanya :
1.
Lembaga yang
menyelenggarakan/ mengelola kegiatan e-learning
2.
Sikap positif dari
peserta didik dan pendidik/tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan
internet
3.
Rancangan sistem
pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta didik
4.
Sistem evaluasi
terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta didik
5.
Mekanisme umpan balik
yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain :
a.
Harga perangkat
komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan sebagai
barang mewah).
b.
Peningkatan kemampuan
perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan kapasitas penyimpanan
data semakin besar
c.
Memperluas akses atau
jaringan komunikasi
d.
Memperpendek jarah
dan mempermudah komunikasi
e.
Mempermudah pencarian
atau penelusuran informasi melalui internet.
K. Kelebihan dan Kekurangan E-learning
Sebagaimana yang disebutkan di atas,
e-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih
ekonomis. E-learning mempermudah
interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan
dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling
berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih
memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi
berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran
guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh "contents writer", designer
e-learning dan pemrogram komputer. Dengan adanya e-learning para
guru/dosen/instruktur akan lebih mudah:
1. Melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar
yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan
yang mutakhir
2. Mengembangkan diri atau melakukan
penelitian guna meningkatkan wawasannya
3. Mengontrol kegiatan belajar peserta
didik.
Kehadiran
guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi secara langsung dengan
para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini. Inilah yang menjadi ciri khas dari kekurangan
e-learning yang tidak bagus. Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri
dari e (elektronik) dan learning (belajar), maka sistem ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Bila
dibandingkan pembelajaran atau pelatihan dengan cara konvensional, e-learning
mempunyai:
1.
Keunggulan
a.
Ekonomis
E-learning dapat mengurangi biaya
pendidikan dan pelatihan karena untuk memberikan bahan ajar kepada peserta
dalam jumlah besar, institusi / Perguruan Tinggi tidak perlu mengeluarkan biaya
kelas, biaya transportasi dan berbagai biaya lain. Namun diperlukan pengelola
pelatihan yang matang, karena manajemen e-learning yang tidak tepat dapat
membuat biaya pelatihan justru semakin membengkak.
b.
Fleksibilitas
tinggi
Peserta dapat belajar kapan dan dimana
saja, dengan kecepatan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya.
c.
Personalisasi
Peserta dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajar mereka. Bila belum mengerti dapat memperlambat penjelasan
atau mengulang suatu materi dan sebaliknya jika peserta dapat mengerti dengan
cepat, maka dapat menyelesaikan mata kuliah tersebut dengan cepat.
d.
Standarisasi
kualitas pelatihan/ Pembelajaran.
Setiap dosen / instruktur cenderung
memiliki cara mengajar, materi presentasi dan penguasaan materi yang berbeda
sehingga kualitas pengajaran yang didapat pun tidak konsisten. Akan tetapi
E-learning mampu meminimalkan perbedaan cara mengajar dan materi, sehingga
memberikan standar kualitas pembelajaran yang lebih konsisten.
e.
Efektivitas
E-learning dengan instructional design
mutakhir membuat peserta didik lebih mudah mengerti isi pelajaran. Efektivitas
bahan ajar melalui metoda e-learning umumnya meningkat. Suatu studi oleh J.D.
Flecher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi pelajaran melalui metoda
e-learning meningkat 25% dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan cara
konvensional
f.
Kecepatan
distribusi materi akan meningkat, karena materi tersebut dapat dengan cepat
diakses melalui internet. Keuntungan ini sangat cocok untuk kondisi geografis
Indonesia.
g.
Ketersediaan
On-Demand E-learning dapat sewaktu-waktu diakses sehingga dapat membantu pekerjaan setiap
saat.
h.
Otomatisasi
Proses Animasi
LMS (Learning Management System) berfungsi untuk menyimpan data-data peserta, pelajaran
dan proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan LMS yang baik dapat menyimpan
dan membuat laporan kegiatan belajar peserta didik dari pelajaran yang diambil,
tanggal akses, berapa persen pelajaran yang diselesaikan, berapa lama pelajaran
diikuti, sampai berapa hasil tes akhir yang telah diambil.
2.
Kekurangan dan Keterbatasan E-learning
Walaupun
e-learning banyak menawarkan keuntungan, dalam prakteknya memiliki beberapa
keterbatasan yang harus diwaspadai antara lain:
a. Budaya
Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri
dan kebiasaan untuk belajar. Sedangkan sebagian besar pelatihan di Indonesia
motivasi belajar masih tergantung pada instruktur.
b. Investasi
Walupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya
pengajaran dan pelatihan, akan tetapi memerlukan investasi yang sangat besar
pada tahap awalnya, sehingga jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
kerugian yang besar.
c. Teknologi dan Infrastruktur
E-learning membutuhkan perangkat komputer jaringan yang
handal dan teknologi yang tepat. Akan tetapi ketersediaan infrastruktur dan
teknologi ini masih belum memadai bagi beberapa Perguruan Tinggi / Lembaga.
d. Desain Meteri
Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam
bentuk yang learnic-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional
designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pembelajaran e-learning
yang memadai. Seringkali hambatan dan keterbatasan e-learning tersebut membuat
impelementasi e-learning di Indonesia berjalan dengan sangat lamban. Walaupun
terdapat keterbatasan dan hambatan di Indonesia, penerapan e-learning di dunia,
termasuk di negara-negara tetangga terus melaju pesat. Para praktisi pengajaran
dan pelatihan di dunia sudah tidak meragukan akan meledaknya penggunaan
e-learning di dunia pendidikan, mereka hanya tinggal menunggu waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar