BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu
mata pelajaran pokok yang ada di
setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Salah satu fungsi pembelajaran matematika menurut
kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) adalah “mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat
dan persamaam matematika, diagram, grafik, atau table”. Berdasarkan fungsi
tersebut, salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2004
adalah “mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam
menjelaskan gagasan”.
Kemampuan untuk mengkomunikasikan dalam bahasa
matematika masih sangat kurang dikuasai oleh sebagian siswa yang duduk di
bangku sekolah dasar. Sebagian besar siswa merasa takut bila berhadapan dengan
pembelajaran matematika, sehingga banyak menimbulkan permasalahan bagi guru,
baik dalam proses maupun dalam hasil pembelajaran matematika.
Pada umumnya pelaksanaan proses belajar mengajar masih
menggunakan strategi belajar konvensional dengan pendekatan ekspositorik,
ceramah dan drill. Tingkat partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika masih rendah. Pembelajaran matematika di sekolah belum menampilkan
pembelajaran yang kreatif, menantang daya nalar dan daya kreasi anak, belum
banyak mengaitkan permasalahan nyata di sekitar siswa sebagai jembatan dalam
membangkitkan kebutuhan siswa untuk mempelajari substansi materi tertentu, juga
sebaliknya materi pembelajaran belum banyak digunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan sederhana yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru
sangat dominan dan begitu gemar menggunakan strategi ekspositorik. Pembelajaran
matematika menjadi membosankan, monoton, menegangkan, dan tidak bermakna.
Dari pengamatan di lapangan terhadap kreativitas anak
yang terjadi dalam pembelajran di SD. Masalah yang ditemukan yaitu kreativitas
anak umumnya, khususnya kreativitas pada fungsi divergen yang terdiri dari ciri
krativitas kognitif dan kreativitas afektif, didasarkan belum muncul dalam
pembelajaran secara maksimal. Hal tersebut terlihat masih adanya dominasi guru
dalam melakukan aktivitas belajar, kurang memberikan kesempatan kepada anak
untuk melakukan eksplorasi hasil pengalamannya dan kurangnya penggunaan media/
alat peraga dalam pembelajarannya. Untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan Pakem dapat merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi hal tersebut diatas, dengan pendekatan PAKEM, belajar dimaknai
sebagai proses aktif untuk membangun pemahaman dari informasi dan pengalaman
oleh si Pembelajar, dengan memperhatikan dan mengembangkan rasa ingin tahu dan
imajinasi anak, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dengan indicator;
perhatian terhadap tugas besar, hasil belajar meningkat, senang belajar, dan
belajar seumur hidup.
B.
Rumusan
Masalah
Masalah penelitian ini adalah tentang “meningkatkan hasil
belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAKEM) pada siswa kelas V SDN 2 Pegagan Kidul TA 2013/2014”. Dari
Latar belakang di atas maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah
pendekatan PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar matematika”?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk “Meningkatkan
hasil belajar matematika melalui pendekatan PAKEM pada Siswa Kelas V di SDN 2
Pegagan Kidul TA 2013/2014”.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan
berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil
belajar matematika dapat dilakukan dengan menggunakan metode
belajar PAKEM
2.
Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Siswa :
1) Dapat menumbuhkan minat belajar siswa
2) Menciptakan suasana bermain sambil belajar
3) Menumbuh kembangkan kreativitas siswa dalam belajar
matematika
4) Diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa
b. Guru:
1) Dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran
2) Menambah wawasan dalam strategi pembelajaran
3) Meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dekripsi Teoritik
1.
Tinjauan tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM)
a.
Pengertian PAKEM
Pembelajaran PAKEM singkatan dari Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan.
1)
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran berpusat pada siswa (learning
oriented), proses pembelajaran benar-benar mengarahkan bagaimana siswa belajar
secara aktif baik mental maupun fisik. Siswa berperan secara aktif dalam proses
bagaimana mempelajari bahan.
2)
Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang memberikan ruang pada
siswa untuk memunculkan kreatifitasnya dalam memecahkan persoalan yang
dihadapinya
3)
Pembelajaran Efektif
Efektif dalam pembelajaran adalah proses
pembelajaran yang ditempuh secara aktif, kreatif dan menyenangkan itu diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas pembelajaran ditentukan oleh
sejauhmana tujuan pembelajaran dapat dicapai.
4)
Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah penyajian
pembelajaran dalam bentuk permainan yang kreatif yang dikemas dalam Suasana
yang menggembirakan.
Jadi, PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
berkerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan
dan efektif.
b.
Kelebihan dan kekurangan
dalam metode PAKEM
1)
Kelebihan dalam metode PAKEM
a)
Pakem merupakan pembelajaran yang mengembangkan
kecakapan hidup
b)
Dalam pakem siswa belajar bekerja sama
c)
Pakem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif
d)
Pakem mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses
e)
Pakem menghargai potensi semua siswa
f)
Program untuk meningkatkan pakem disekolah harus
ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya
2)
Kekurangan dalam metode
PAKEM
Perbedaan
individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki / perempuan,
pintar/kurang pintar,social,ekonomi tinggi/rendah
a)
Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup
b)
Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk,kegiatan
yang dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang
benar
c)
Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan
pembelajaran pakem yang baik
d)
Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang
cenderung seragam
e)
Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar
kerja siswa (LKS) yang sebagian besar pertanyaanya bersifat tertutup
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
a.
Pengertian Belajar
Menurut
Bell-Gredler (1986:1) “Belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan aneka ragam Kemampuan(competencies), ketrampilan (skill), dan sikap
(attitudies)”. Sedangkan menurut Fontana (1981) “Belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman”. Menurut Gagne (1985) “Belajar adalah suatu perubahan dalam
kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan”.
b.
Definisi hasil
belajar
Hasil belajar merupakan tolak
ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam
mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai
yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan,
nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar
mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta
perubahan-perubahan pada dirinya. Menurut Sudjana (2001)
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat
muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa “hasil belajar menunjukkan kepada prestasi
belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa”. Menurut Nasution (2006:36) “hasil belajar adalah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002:36) “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi
tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru”
Hasil belajar adalah sesuatu yang
diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah
diadanya evaluasi, Mulyasa (2007) menyatakan
bahwa “Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk
mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi”. Hasil belajar ditunjukan
dengan prestasi belajar yang merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku
siswa. Dari proses belajar diharapkan siswa memperoleh
prestasi belajar yang baik sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang
ditetapkan sebelum proses belajar berlangsung. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar adalah menggunakan tes.
Tes ini digunakan untuk menilai hasil belajar yang dicapai dalam materi
pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Dari kutipan diatas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang
menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu
materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan
tes.
c.
Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar
Djamarah (2003) menyatakan bahwa “berhasil
atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan faktor dari luar individu”. Clark (Sabri: 2005)
mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa 70% hasil belajar siswa di
sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.
Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi hasil belajar (Nasution dalam Djamarah, 2002)
adalah:
1) Faktor
lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa.
Dalam lingkunganlah siswa hidup dan berinteraksi. Lingkungan yang mempengaruhi
hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Lingkungan
alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat siswa berada dalam
arti lingkungan fisik. Yang termasuk lingkungan alami adalah lingkungan sekolah,
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bermain
b) Lingkungan
sosial
Makna lingkungan dalam hal ini adalah interaksi siswa sebagai
makhluk sosial, makhluk yang hidup bersama atau homo socius. Sebagai
anggota masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem
sosial yang berlaku dalam masyarakat tempat siswa tinggal mengikat perilakunya
untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum. Contohnya ketika anak
berada di sekolah, ia menyapa guru dengan sedikit membungkukkan tubuh atau
memberi salam.
2) Faktor
instrumental
Setiap penyelenggaraan pendidikan memiliki tujuan
instruksional yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
seperangkat kelengkapan atau instrumen dalam berbagai bentuk dan jenis.
Instrumen dalam pendidikan dikelompokkan menjadi:
a) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang
merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berlangsung. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan
isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga
dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.
b) Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari
baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia; baik tenaga, finansial, sarana, dan prasarana.
c) Sarana
dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.
Sebagai contoh, gedung sekolah yang dibangun atas ruang kelas, ruang konseling,
laboratorium, auditorium, ruang OSIS akan memungkinkan untuk pelaksanan
berbagai program di sekolah tersebut. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar
guru yang harus disediakan oleh sekolah. Hal ini merupakan kebutuhan guru yang
harus diperhatikan. Guru harus memiliki buku pegangan, buku penunjang, serta
alat peraga yang sudah harus tersedia dan sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai
dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fasilitas mengajar sangat
membantu guru dalam menunaikan tugas mengajar di sekolah.
d) Guru
Guru merupakan penyampai bahan ajar
kepada siswa yang membimbing siswa dalam proses penguasaan ilmu pengetahuan di
sekolah. Perbedaan karakter, kepribadian, cara mengajar yang berbeda pada
masing-masing guru, menghasilkan kontribusi yang berbeda pada proses
pembelajaran.
3) Faktor
internal
a) Fisiologis
Merupakan faktor internal yang berhubungan dengan
proses-proses yang terjadi pada jasmaniah
(1) Kondisi
fisiologis
Kondisi
fisiologis umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar individu. Siswa
dalam keadaan lelah akan berlainan belajarnya dari siswa dalam keadaan tidak
lelah.
(2) Kondisi
panca indera
Merupakan
kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera. Kemampuan untuk melihat,
mendengar, mencium, meraba, dan merasa mempengaruhi hasil belajar. Anak yang
memilki hambatan pendengaran akan sulit menerima pelajaran apabila ia tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
b)
Psikologis
Faktor
psikologis merupakan faktor dari dalam diri individu yang
berhubungan
dengan rohaniah. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
(1) Minat
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang memerintahkan. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
(2) Kecerdasan
Kecerdasan
berhubungan dengan kemampuan siswa untuk beradaptasi, menyelesaikan masalah dan
belajar dari pengalaman kehidupan. Kecerdasan dapat diasosiasikan dengan
intelegensi. Siswa dengan nilai IQ yang tinggi umumnya mudah menerima pelajaran
dan hasil belajarnya cenderung baik.
(3) Bakat
Bakat
adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan
dikembangkan. Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu.
(4) Motivasi
Motivasi
adalah suatu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
(5) Kemampuan
kognitif
Ranah
kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan pengetahuan,
ingatan, pemahaman dan lain-lain.
d.
Jenis-jenis
hasil belajar
Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil
belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
1) Ranah
kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni:
a) Pengetahuan
(knowledge)
Tipe
hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar
ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku
bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan
paham bagaimana mengguankan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan
dalam membuat kalimat.
b)
Pemahaman
Pemahaman
dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau
pertanyaan.
c)
Aplikasi
Aplikasi
adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.
Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan
abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya
pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan.
d) Analisis
Analisis adalah usaha memilih suatu integritas
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan
kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
e) Sintesis
Penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis.
Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur
menjadi integritas.
f)
Evaluasi
Evaluasi
adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi
tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.
2) Ranah
afekif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
3) Ranah
psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
3. Tinjauan tentang Matematika
a.
Pengertian Matematika
Menurut Roy Hollands (1995: 81) ”Matematika adalah suatu sistem yang rumit
tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang". The Liang Gie
(1999: 23), mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar
Jeanneret yang mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to
grant him comprehension of the universe”, yang artinya matematika adalah
struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai
jagat raya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007:723)
matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan,
dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan”. James (dalam Suherman
2001: 16) menyatakan bahwa:
Matematika adalah konsep ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke
dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang definisi
matematika di atas, maka dapat dikemukakan bahwa matematika adalah konsep ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang memiliki struktur besar yang
berhubungan satu dengan yang lainnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu:
aljabar, analisis, dan geometri.
b. Hasil Belajar Matematika
Menurut Gagne (dalam Muhammad Zainal
Abidin, 8:2011) bahwa: Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat
dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam
diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah
laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya.
Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang
belajar, hasil belajar, dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan
bahwa hasil belajar matematika adalah merupakan tolak
ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui
dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami
pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
B.
Kerangka Pemikiran
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang ada
disekolah dasar. Tidak semua siswa senang jika mendengar nama matematika. Oleh
karena itu jika dirata-ratakan, hasil ulangan matematika disetiap sekolah masih
berada dibawah standar ketuntasan belajar minimal atau kurang dari 6,0 demikian
fenomena yang terjadi hampir disemua sekolah. Matematika adalah mata pelajaran
yang menakutkan, membosankan dengan bapak/ibu guru yang seram. Gambaran diatas
adalah yang terjadi dilapangan. Proses belajar yang semuanya berpusat pada guru
(teacher centered) siswa cukup mendengarkan, kemudian mengerjakan soal tes.
Hasil yang diperoleh siswa dijadikan sebagai dasar keberhasilan pembelajaran
tanpa ingin tahu apakah siswa benar-benar memahami materi yang diberikan
berdasarkan kreaifitasnya ataukah hasil menjiplak.
Berdasarkan deskripsi diatas maka timbul keinginan
untuk merubah sikap siswa yang takut terhadap matematika menjadi sikap senang
akan matematika. Langkah pertama adalah dari guru/pendidiknya. Sikap yang
menampakan adanya kerja sama, dan menyenangkan dalam arti belajar sambil
bermain sehingga siswa tidak tegang, perlu diupayakan untuk merubah paradigma
yang terjadi pada siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang
menakutkan. Jika siswa sudah senang terhadap guru/pendidiknya diharapkan siswa
akan senang terhadap pelajaran yang diberikannya.
C.
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, serta tujuan
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
“ Jika diterapkan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran
matematika, maka dapat memberikan proses pembelajaran yang bermakna dan
berharga dan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
1.
Waktu
Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Tahun Pelajaran 2012/2013 dan agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini
dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
2.
Tempat
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SDN 2 Pegagan Kidul, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten
Cirebon. Adapun pertimbangan peneliti
dalam menetapkan tempat uji coba penelitian adalah, bahwa di SDN 2
Pegagan Kidul bersifat terbuka (open
minded) dalam upaya menerima inovasi
pendidikan.
3.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V semester II SDN 2
Pegagan Kidul tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 38 orang terdiri atas laki-laki 21 orang dan perempuan 17 orang.
4.
Obyek
Penelitian
Sedangkan obyek dalam
penelitian ini adalah hasil belajar Matemetika di kelas V semester II dengan
menggunakan metode pembelajaran PAKEM.
B.
Desain dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
deskriptik analitik. Metode ini berusaha memahami situasi dan kondisi yang
dihadapi saat dilakukan penelitian, selain itu berusaha mencari makna yang
terkandung dibelakang perbuatan untuk dapat memahami dan menguasai masalah dengan
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus.
Penelitian
ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya peneliti
melakukan kolaborasi dengan guru untuk mencari atau menemukan solusi untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam strategi pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan PAKEM.
C.
Definisi Oprasional
Definisi
operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Hasil belajar
matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil
belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati
dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan
keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan
sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya
2.
Model PAKEM adalah sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam
untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar
sambil berkerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik sebagai berikut :
1.
Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru
dan siswa untuk menentukan tindakan dan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk
memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor
yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
3.
Test
Test dilaksanakan setiap akhir
siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah
pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi
tercakup
4.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai
pelengkap data penelitian sehingga diharapkan semua data yang tidak
termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini
E. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisis
data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif analitik karena penelitian ini bertujuan unuk mengetahui sejauh mana model
pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas V semester II SDN 2
Pegagan Kidul. Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah
dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata
untuk menemukan tingkat pemahaman terhadap materi yang disampaikan.
2.
Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara
dan hasil catatan lapangan yang diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang
dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian
dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan pendekatan
PAKEM, yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep materi yang diajarkan
dan perubahan tingkah laku yang menyertainya
F.
Prosedur Penelitian
Langkah –langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas di kelas V
SDN 2 Pegagan Kidul dengan mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan Tindakan
Pada tahap
ini, peneliti merencanakan beberapa tindakan diantaranya:
a.
Menyusun RPP dengan model pembelajaran PAKEM
b.
Menyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai
dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
c.
Membuat soal test yang akan diadakan untuk
mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
d.
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari
segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
e.
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap
pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario
yang telah terdapat pada RPP. Pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah ditekankan pada implementasi Strategi Pembelajaran PAKEM yakni
meliputi:
a.
Siklus I
Pada siklus
I, kegiatan yang dilakukan peneliti di kelas mencakup:
1)
Mengkondisian siswa pada situasi pembelajaran
2)
Penyampaian tujuan dan menjelaskan langkah–langkah
pembelajaran
3)
Penyampaian materi dengan cara mengaitkan materi yang
akan diajarkan dengan kehidupan sehari- hari
4)
Mengadakan tanya jawab dan membimbing jalannya diskusi tentang materi
yang diajarkan
5)
Menyimpulkan pelajaran dan mengadakan post test
b.
Siklus II
Pada siklus
ini, kegiatan di kelas tidak jauh beda pada siklus pertama, yang membedakan hanya
pada penyampaian materinya, dimana dalam penyampaian materinya ini lebih
divariasikan dengan tujuan dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam
belajar. Adapun variasi pembelajaran yang digunakan peneliti dalam hal ini yaitu
dengan menggunakan games dan media pembelajaran
3.
Observasi
Kegiatan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan hal ini dimaksudkan
agar tidak mengganggu kegiatan belajar siswa.
4.
Refleksi
a.
Siklus I
Tahap
refleksi pada siklus pertama yaitu dengan menggunakan games dan media
pembelajaran dalam penyampaian materinya agar siswa mempunyai minat dan perhatian terhadap materi yang di ajarkan.
b.
Siklus II
Tahap
refleksi pada siklus kedua yaitu dengan menggunakan media, games dan
demonstrasi agar hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Nuraeni.
April 2009. Jurnal Penerapan PAKEM dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika.
No 11. [online] Tersedia:
[14
Februari 2014]
Reprository
Universitas Sumatra Utara.2011. Hasil Belajar. [online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23246/3/Chapter%20II.pdf
[14
Februari 2014]
Rosalina
Mitha. 2011. Model pembelajaran PAKEM. [online]. Tersedia: http://mitharosalina.wordpress.com/2011/11/12/model-pembelajaran-pakem/
[14
Februari 2014]
Sholihin
Ibnu Ubaydillah. 2013. Hakikat Hasil Belajar Matematika. [online]. Tersedia: http://rujukanskripsi.blogspot.com/2013/06/kajian-teori-hakikat-hasil-belajar.html
[14
Februari 2014]
Sudarman
Adang. 2012. Sistematika Proposal Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Prodi FKIP
PGSD Universitas Muhammadiyah Cirebon. [online]. Tersedia: http://adangsudarman.blogspot.com/2012/09/sistematika-proposal-skripsi-ptk-prodi.html
[14
Februari 2014]
Sugiyono. 2009.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Winaputra.
S Udin, dkk. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar