BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan manusia dengan beraneka ragam. Di
antara manusia yang diciptakan tersebut, ada yang diciptakan dengan memiliki
sifat hiperaktif. Anak hiperaktif umumnya agresif, penuh semangat, tidak dapat
tenang, sulit diajar, dan tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Selain
itu, biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru, dan juga sulit menaati perintah orangtua dan
guru. Anak hiperaktif umumnya mengalami masalah emosi, suka bermabuk-mabukan
atau melakukan pelanggaran hukum ketika anak tersebut telah menginjak dewasa.
Sebenarnya keaktifan tersebut tidak mereka inginkan. Namun, mereka sulit untuk
duduk dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh
suatu kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Anak yang hiperaktif juga cenderung tidak bisa diam
dan suka mengganggu teman disekitarnya. Sifat anak yang seperti itu
mengakibatkan orang merasa capai sendiri melihat tingkah polah anak hiperaktif.
Apalagi, orang tua atau keluarga si anak yang setiap saat menyaksikan perilaku
anak yang tidak dapat diam dan cenderung merusak ini. Terkadang sikap anak ini
membahayakan bagi dirinya sendiri maupun orang di dekatnya. Keadaan tersebut
membuat sebagian orang tua melabeli anak tersebut dengan sebutan anak
nakal.Namun, anak hiperaktif sebenarnya memiliki potensi yang tidak dimiliki
orang lain. Hanya saja, kebanyakan orang tua tidak mengetahui cara
menangani dan memunculkan potensi dari anak hiperaktif tersebut. Pada dasarnya
untuk mendidik anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa
menjadi anak yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu
karakteristik, penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak
hiperaktif tersebut. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami akan
membahas tentang Anak ADD-H/ADHD dan Layanan bimbingannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan attention deficit
hyperactivity disorder
2. Apa saja ciri-ciri dari gangguan attention deficit
hyperactivity disorder
3. Apa penyebab dari gangguan attention deficit
hyperactivity disorder
4. Problem-problem apa saja yang di hadapi anak attention deficit
hyperactivity disorder
5. Bagaimana layanan bimbingan atau penangana untuk
anak attention deficit
hyperactivity disorder
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui serta
memahami apa itu attention deficit
hyperactivity disorder
2.
Untuk mengetahui serta
memahami ciri dari attention deficit
hyperactivity disorder
3.
Untuk mengetahui serta
memahami tentang gangguan-gangguan attention deficit
hyperactivity disorder
4.
Untuk mengetahui serta
memahami Problem-problem apa saja yang di hadapi anak attention deficit
hyperactivity disorder
5.
Untuk mengetahui serta memahami
tentang bagaimana penanganan atau layanan yang tepat untuk gangguan attention deficit
hyperactivity disorder
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADD-H/ ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal
ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak
bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan. Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD).
Kondisi ini disebut juga sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini
sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan
hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,
hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku seperti ini dapat terjadi dalam
berbagai situasi dan berlanjut hingga dewasa.
Erick Taylor dalam bukunya “Anak yang Hiperaktif”
mengatakan bahwa kata hiperaktif dinyatakan untuk menyatakan suatu pola
perilaku pada seseorang yang menunjukan
sikap tidak mandiri, tidak menaruh perhatian, dan impulsif (semaunya).
Sementara itu, Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak
Sehari-hari“ mengatakan bahwa pengertian istilah anak hiperaktif adalah
hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada
seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa
berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit
Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) bisa
digolongkan menjadi beberapa tipe, Dwijo ( 2007: 23 ) menggolongkan ADHD
menjadi beberapa tipe :
1.
Tipe Anak
yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Anak tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya,
tetapi tidak hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala
hiperaktif. Tipe ini kebanyakan terdapat pada anak perempuan. Mereka seringkali
melamun dan digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.
2.
Tipe Anak
yang Hiperaktif dan Impulsif
Anak tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif
dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan
pada anak- anak kecil.
3.
Tipe
Gabungan
Anak tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya,
hiperaktif, dan impulsif. Kebanyakan anak hiperaktif termasuk tipe seperti ini.
Jadi, yang
dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan
sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan impulsif. Apabila keadaannya
sudah parah dan berkelanjutan, anak hiperaktif bisa memunculkan suatu tindakan merusak
kegiatan sekolah serta hubungan dengan teman. Keadaan inilah yang membuat anak
hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit
diajari, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, biasanya juga sulit
bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru, dan juga sulit untuk mentaati orangtua dan guru.
B.
Ciri-ciri
Anak Hiperaktif
Secara umum
gejala fisik yang nampak pada anak hiperaktif adalah alergi shiner (lingkaran
hitam di bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain misalnya infeksi
telinga, gangguan tidur, alergi (seperti eksim, gatal-gatal, dan asma),
gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit kepala dan sakit pada
bagian kaki di malam hari. Sedangkan dilihat dari sifat/ perilakunya, Dr. Mary
Go Setiawani menggambarkan anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh
semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan suatu
aktivitas, sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orang tua dan guru.
Sementara
itu, pendapat lain juga menggambarkan ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku
anak hiperaktif, antara lain:
1.
Lack of concentration (kurang
berkonsentrasi)
2.
Unusually aggressive (sangat
agresif), dapat dilihat pada tingkah laku anak saat bermain dengan teman
sebayanya
3.
Unaware of physical danger (kurang
menyadari bahaya fisik), sehingga memungkinkan fisik anak terancam bahaya
4.
Impulsive (impulsive), yaitu anak
sering tidak mampu bersikap sabar, sehingga dapat mengatakan/ melakukan sesuatu
tanpa berfikir
5.
Emotional and intellectual
immaturity (Emosional dan intelektualnya tidak matang)
6.
Forgetfull and/or clumsy (Pelupa/
kikuk)
7.
Attention- seeking (mencari
perhatian).
Ada tiga
tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.
Tidak ada perhatian.
Ketidakmampuan
memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa
hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan sering tidak mendengarkan
perkataan oranglain.
2.
Hiperaktif
Mempunyai
terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk
diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.
3.
Impulsif.
Impulsif
ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak
untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari
gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar, sulit untuk
menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaanya, bertindak tanpa
dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga
pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu
akibatnya.
Dan ciri khususnya anak yang hiperaktif menurut Irawati Ismail (2009)
diantaranya ialah sebagai berikut :
a.
Sering menggerak-gerakkan tangan
atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
b.
Sering meninggalkan tempat duduknya,
padahal seharusnya ia duduk manis.
c.
Sering berlari-lari atau memanjat
secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
d.
Sering tidak mampu melakukan atau
mengikuti kegiatan dengan tenang.
e.
Selalu bergerak, seolah-olah
tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
f.
Sering terlalu banyak bicara
g.
Sering sulit menunggu giliran
h.
Sering memotong atau menyela
pembicaraan
i.
Jika diajak bicara tidak dapat
memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Dalam buku
“Dinamika Pendidikan” Ibnu Syamsi (1997) menjelaskan ada empat
karakteristik dari anak hiperaktif, yaitu:
1.
Overaktivity
Anak overaktivity adalah
anak yang suka bergerak disekitarnya, sering dan lebih cepat, dan gerakan
itu tanpa tujuan. Di sekolah pun mereka sering keluar dari tempat duduk,
sewaktu duduk pun kaki dan tangannya tidak pernah diam. Hal ini
menjadikan anak hiperaktif kelihatannya seperti anak yang nakal dan susah
diatur.
2.
Distratibility (kebingungan)
Distratibility adalah
tingkah laku yang kurang mendapatkan perhatian. Secara khusus, anak ini
mengalami hiperaktif dengan cirri-ciri yaitu:
a.
Mempunyai jangka waktu perhatian
yang pendek dan perhatiannya tidak tertambat pada aktivitas yang diikuti
oleh sebagian anak-anak.
b.
Fokus perhatiannya berganti dengan
cepat dan sedikit proses belajar yang terjadi dapat dirasakan.
c.
Mempunyai kesulitan untuk memberikan
perhatian dan mengarahkan pada rangsangan-rangsangan saat pelajaran di sekolah.
3.
Impulsifity (menurut kata hati)
Impulsifity adalah
tingkah laku yang kecenderunganya cepat atau tidak sistematis dan tidak
menghiraukan akibat yang mungkin terjadi dari tindakannya. Tingkah laku anak
ini seperti: memanjat pohon dan tidak dapat turun, menyinggung perasaan
orang lain dengan ucapannya, dan berlari diiantara mobil yang diparkir untuk
mencari sesuatu.
4.
Exitability (mudah tersinggung)
Exitability adalah
tingkah laku yang mudah terangsang untuk sifat positif dan negatif seperti:
lekas marah, toleransi yang rendah dan kecewa, perubahan suasana hati
secara dramatis dan cepat. Tingkah lakunya juga sulit diduga, sehingga sulit
berinteraksi dengan lingkungannya.
C. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Seorang anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh
berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan bahwa faktor-faktor
tersebut, antara lain:
1.
Faktor neurologic
Yaitu disebabkan oleh:
a.
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi
didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal, seperti
lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan dengan cara ekstraksi
forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir dengan berat
badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol, serta
kandungan yang terkena sinar X
b.
Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut
adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di otak yang
berupa depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses konsentrasi)
c.
Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, orbital-prefrontal, orbital-limbik otak, khususnya
sebelah kanan.
2.
Faktor toksik
Beberapa zat makanan yang mengandung bahan kimia dan
suplai makanan yang menyebabkan alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak
anak, sehingga berdampak pada penginderaan, perasaan, dan tindakan. Makanan-
makanan tersebut antara lain:
a.
Makanan yang mengandung kafein, seperti
coca cola
b.
Makanan yang mengandung gula,
seperti chocolate chip cookies, kue jello, kool-aid, es krim stoberi atau
coklat batangan
c.
Bahan makanan yang mengandung
pewarna makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik, salisilat, dan
bahan pengawet lainnya
d.
Suplay makanan yang menyebabkan
alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging babi, daging
ayam dan jagung.
3.
Faktor genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif
yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 %
dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada
anak.
4.
Faktor psikososial dan lingkungan
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkembangan
sosial anak juga menjadi penyebab anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang
tidak hangat, perilakunya akan sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah.
Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian anak
menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan secara
terpotong-potong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menontontelevisi.
Dalam buku
“Anak yang Hiperaktif” Erick Taylor (1997) menjelaskan ada lima penyebab
dari anak hiperaktif, yaitu:
1.
Kondisi Saat Hamil danPersalinan
Kondisi saat
hamil dan persalinan merupakan suatu kondisi yang perlu diperhatikan demi
perkembangan anak. Kondisi janin yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif
misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan
darah, pembengkakan kaki dan ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak
akibat komplikasi persalinan.
2.
Cedera
Cedera yang
menyebabkan anak menjadi hiperaktif adalah cedera pada otak sesudah lahir. Hal
ini disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.
3.
Tingkat Keracunan Timbal
Keracunan
timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan
kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal
dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah
yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan di
bawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena
obat tersebut mempunyai efek samping.
4.
Lemah Pendengaran
Lemah
pendengaran disebabkan oleh infeksi telinga sehingga anak tidak dapat
mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak
terkendali dan perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT
jika anak menunjukkan ciri berikut: perkembangan bahasa yang lambat, lebih
banyak memperhatikan mimik lawan bicara, dan lebih banyak berreaksi terhadap
perubahan mimik dan isyarat.
5.
Faktor Psikis
Faktor
psikis lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun
jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab
hiperaktivitas. Contoh kasusnya seperti: orang tua yang bersikap sangat tegas
menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi
ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai
energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding
kesalahan sebelumnya.
D.
Problem-problem
yang Dialami Anak Hiperaktif
1.
Problem di
Sekolah
Problem di
sekolah biasanya anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh
guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat
menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek
membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak
berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan
pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan
membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif
memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
2.
Problem di
Rumah
Dibandingkan
dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil
hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan
yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal
ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi. Apabila mengalami
kekecewaan, ia gampang bersikap emosional.
Selain itu,
anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering
dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang
tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik,
bahkan memberi hukuman. Maka yang akan terjadi adalah reaksi penolakan dan
pemberontakan pada anak. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketegangan antara
orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress dan situasi
rumah menjadi kurang nyaman. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah frustrasi.
Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif.
Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
3.
Problem
Berbicara
Anak
hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya
kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia
sulit melakukan komunikasi dan memberikan umpan balik. Anak hiperaktif
cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara
secara tepat.
4.
Problem
Fisik
Secara umum
anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain.
Beberapa gangguan seperti: asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering
dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak
anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain
itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan seperti: terjatuh, terkilir, dan keseleo.
E.
Penanganan
Anak Hiperaktif
1.
Penanganan anak hiperaktif bagi orang
tua dan keluarga
Dalam tulisan yang bersumber dari
CyberNews Suara Merdeka menawarkan
resep yang dapat dilakukan oleh
orang tua dan keluarga anak hiperaktif, yaitu:
a.
Periksalah. Dengan cara
mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi
anak.
b.
Pahamilah. Anda dan keluarga dapat
mengikuti support group dan parenting skill-training.
c.
Latih kefokusannya. Jangan tekan
dia, terima keadaannya itu, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tetapi
konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
d.
Telatenlah. Jika dia telah betah
untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan
tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf,
anak bias diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bias pula
mulai diberikan latihan berhitung dari berbagai variasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau
pengurangan dengan angka-angka di bawah 10, setelah itu baru perkenalkan konsep
angka 0 dengan benar.
e.
Bangkitkan kepercayaan dirinya.
Gunakan teknik- teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat
positif misalnya memberikan pujian, memberikan disiplin yang konsisten dan
selalu memonitor perilaku anak. Anak juga bias melakukan pengelolaan
perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua.
f.
Kenali arah minatnya. Kenali bakat
atau kecendrungan perhatiannya sejak dini.
g.
Minta dia bicara. Bantu anak
bersosialisasi, misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga anda bias
mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan.
h.
Siap bahu membahu. Bantulah anak
mewujudkan apa yang dia inginkan, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar
memahami kondisi anak yang sebenarnya.
Berikut ini juga terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk
mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif:
a.
Orang tua perlu menambah pengetahuan
tentang gangguan hiperaktifitas.
b.
Kenali kelebihan dan bakat anak
c.
Membantu anak dalam bersosialisasi
d.
Menggunakan teknik-teknik
pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan
pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan
selalu memonitor perilaku anak.
e.
Memberikan ruang gerak yang cukup
bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
f.
Menerima keterbatasan anak.
g.
Membangkitkan rasa percaya diri anak
h.
Bekerja sama dengan guru di sekolah
agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
i.
Latih anak-anak dapat medisiplin
diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas dan konsekuen.
j.
Jangan menghukum anak hiperaktif
karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia.
k.
Jangan menjuluki anak hiperaktif
dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh, dan lain sebagainya, karena
mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan. Dan menjadi anak yang tidak
percaya diri.
l.
Penanganan sebaiknya diberikan mulai
dari keluarga terdekat (ibu).
m. Memberikan
kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
n.
Ketika menasehati anak sebaiknya
jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar anak mudah memahami dan menggunakan
kekerasan.
o.
Menjalin komunikasi yang baik dengan
anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia melakukan hal
yang baik.
p.
Hindari tayangan TV, video dan games yang
bersifat kekerasan
q.
Praktekan pola hidup sehat dengan
menu makanan alamiah yang sesuai kebutuhan anak.
2.
Penanganan anak hiperaktif bagi guru dan di sekolah.
Di lingkungan sekolah, guru yang
memiliki tanggung jawab dalam membimbing/ mengarahkan anak yang hiperaktif
(penderita ADD/ ADHD). Menurut Ron Kurtus strategi yang dapat dilakukan oleh
guru, antara lain:
a.
Mengelola kelas, dengan
karakteristik; membuat rancangan dan struktur kegiatan kelas, pemberian tugas
yang memerlukan waktu yang tidak lama, instruksi guru yang dapat melatih rasio
siswa dan bersifat individual, kurikulum pembelajaran yang menarik, menggunakan
reinforsemen yang positif.
b.
Sikap guru yaitu; membantu siswa
memiliki harapan akademik yang baik, sering memantau dan memeriksa pekerjaan
siswa, penuh kesabaran, kehangatan, dan humoris, konsisten dan tegas,
pengetahuan tentang perilaku anak yang berbeda, bekerja sama dengan guru yang
memiliki keahlian khusus tentang anak hiperaktif.
c.
Guru membantu siswa melakukan self monitoring
atau pemantauan perilaku diri sendiri, karena biasanya siswa menyadari bahwa
mereka memiliki masalah dan ingin memperbaikinya. Guru dapat melakukan metode
dengan menggunakan audio seperti bip-acak, tekniknya bias dengan memberikan rewards dan akurasi pemeriksaan.
Menurut Dr. Mary Go Setiawani (2000) upaya yang perlu dilakukan dalam
menangani anak hiperaktif melalui:
1.
Penggunaan
Obat
Dokter
umumnya menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan
hal itu pun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jika
masalahnya cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan
obat harus sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek
sampingannya. Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.
2.
Pengaturan Makanan
Dalam
konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu
alergi terhadap satu macam makanan. Selain itu, perlu ada pengendalian terhadap
makanan sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
Berkaitan dengan pengaturan makanan,
dalam tulisan lain memberikan beberapa pertimbangan yang dapat diperhatikan
oleh orang tua, yaitu meminimalisir pemberian makanan yang mengandung zat
aditif, memilih makanan pokok yang bergizi, dan tidak menyebabkan alergi,
menjamin kecukupan nutrisi, serta memantau asupan makanan anak.
Yulia Permata Sari menawarkan
beberapa pilihan makanan yang sebaiknya diberikan pada anak hiperaktif, yaitu:
a.
Potongan sayur, seperti wortel,
batang seledri, brokoli dan kembang kol yang disajikan bersama salad dressing
rendah lemak atau saus salsa.
b.
Yogurt rendah lemak atau keju rendah
lemak tanpa perasa/ pemanis, disajikan dengan tambahan buah yang dihaluskan/
jus.
c.
Kacang- kacangan atau biji-bijian
seperti almond, kacang mende, kenari, kacang tanah, kuaci biji bunga matahari
atau labu dan lain-lain.
d.
Semangkuk buah-buahan segar/ beku/
dikeringkan.
e.
Whole grain cracker, dengan peanut
butter atau almond nut butter
f.
Sereal sehat yang disajikan kering,
bias juga ditambahi susu skim/ lemak. Pastikan anda memberikan sedikitnya 3
gram serat persajian.
3.
Hindarkan
Pemanjaan
Anak jangan
dimanjakan jika tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis.
Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak
agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin
ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada
anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati
baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang
harus mereka lakukan.
4.
Menciptakan
Lingkungan yang Tenang
Orang tua
berupaya menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak,
misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat
bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang
baik.
5.
Memilih
Acara Televisi dengan Hati-hati
Acara
televisi yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang
bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional.
Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu,
pilihlah acara televisi yang beradegan lembut dan baik.
6.
Gunakan
Tenaga Ekstra dengan Tepat
Anak
hiperaktif biasanya kurang dapat mengendalikan diri. Namun, apabila sikap
agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, sesungguhnya akan
mengurangi keonaran. Misalnya dengan mengizinkan dia mengikuti aktivitas di
luar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam
proses belajar mengajar di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan
tenaga ekstranya dengan benar.
7.
Membimbing
dalam Kebenaran
Meski anak
hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau
guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak
dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai
dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus
dilakukan secara berulang-ulang. Apabila orangtua tidak putus asa, anak akan
mempunyai harapan untuk disembuhkan. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah
mengajak anak untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada pertolongan-Nya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hiperaktif adalah suatu pola
perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak menaruh
perhatian, dan impulsif. Apabila keadaannya sudah parah dan berkelanjutan, anak
hiperaktif bisa memunculkan suatu tindakan merusak kegiatan sekolah serta
hubungan dengan teman. Keadaan inilah yang membuat anak hiperaktif umumnya
bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajari, tidak
tahan lama melakukan suatu aktivitas, biasanya juga sulit bergaul dengan teman
sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan juga
sulit untuk mentaati orangtua dan guru.
Ada tiga
tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.
Tidak ada perhatian.
2.
Hiperaktif
3.
Impulsif.
Faktor-Faktor
Penyebab anak menjadi Hiperaktif yaitu:
1.
Faktor neurologic
2.
Faktor toksik
3.
Faktor genetic
4.
Faktor psikososial dan lingkungan
Problem-problem yang Dialami Anak Hiperaktif
1.
Problem di
Sekolah
2.
Problem di
Rumah
3.
Problem
Berbicara
4.
Problem
Fisik
Penanganan
Anak Hiperaktif Menurut Dr. Mary Go Setiawani (2000) yaitu:
a.
Penggunaan
Obat
b.
Pengaturan Makanan
c.
Hindarkan
Pemanjaan
d.
Menciptakan
Lingkungan yang Tenang
e.
Memilih
Acara Televisi dengan Hati-hati
f.
Gunakan
Tenaga Ekstra dengan Tepat
g.
Membimbing
dalam Kebenaran
B.
Saran
Semoga
makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para
pembaca. Untuk kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran kepada
rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku penyusun bisa memperbaki
kekurangan-kekurangan dari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariesanda
ayu. 2012. Anak ADHD dan Layanan Bimbingannya. [Online]. Tersedia: http://ayuariesanda.wordpress.com/2012/11/02/anak-adhd-dan-layanan-bimbingannya/
[01
Januari 2014]
Aryokurniawan.
2012. Upaya Menangani anak aktif. [Online]. Tersedia: http://aryokurniawan.wordpress.com/2012/12/11/130/
[01
Januari 2014]
Hajrianawarnadunia.
2009. Mengenal Anak Hiperaktif dan
Cara Mengatasinya. [Online]. Tersedia: http://hajrianawarnadunia.blogspot.com/2009/12/mengenal-anak-hiperaktif-dan-cara.html
[01
Januari 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar