BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Life skills merupakan orientasi
pembelajaran yang bertujuan agar setiap komponen pembelajaran mengikuti
tuntutan orientasi tersebut. Orientasi life skills harus dimiliki oleh setiap
komponen pembelajaran terutama pendidik. Pendidik berusaha merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan menilai hasil pembelajaran dengan selalu berorientasi kepada
life skills. Sedangkan peserta didik menyiapkan dirinya untuk belajar dan
menguasai kecakapan hidup agar dapat hidup mandiri atau berkemampuan dengan
optimalisasi pemanfaatan kompetensi/ sumber daya diri dan lingkungan.
Life skills sangat bermanfaat untuk
dipelajari oleh para pendidik di sekolah, khususnya dalam menambah wawasan
tentang life skills, memetakan peluang-peluang pengintegrasian life skills pada
berbagai kajian bidang keilmuan, menerapkan dan memodifikasi pola
penyelenggaraan life skills pada lingkungannya dan lain sebagainya.
Oleh karena itu Disini kami akan
membahas materi tentang life skills, jenis-jenisnya, pendekatan dan strategi
dalam pengembangnnya seperti apa dan bagaimana? Berikut uraiannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan life skills
2. Apa
saja jenis-jenis dari life skills
3. Bagaimana
pendekatan dan strategi pengembangannya
C. Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui dan memahami apa itu life skills
2. Untuk
mengetahui dan memahami jenis-jenis dari life skills
3. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pendekatan dan strategi pengembangannya
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Life Skills
1. Definisi
Life Skills
Life skills dalam
Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup
adalah ketrampilan untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam
pekerjaannya.
Berikut ini
terdapat beberapa definisi life skills dari para ahli, diantaranya:
a. Menurut Broling (1989) “life skills“ adalah interaksi berbagai
pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga
mereka dapat hidup mandiri.
b. Menurut Kent Davis (2000:1) kecakapan
hidup adalah “manual pribadi“ bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini membantu
peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya,
bekerja sama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang logis,
melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya.
c. World health organization (1997) memberikan pengertian bahwa
kecakapan hidup adalah berbagai ketrampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara
efektif
d. Tim Broad-Based Education (2002)
menafsirkan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau
dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa Makna kecakapan hidup (life skills) lebih luas dari
ketrampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja misalnya ibu rumah tangga,
orang yang telah pensiun atau anak-anak tetap memerlukan kecakapan hidup.
Pendidikan
kecakapan hidup adalah pendidikan untuk meningkatkan kemampuan, kesanggupan,
dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan (Menjaga
kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya, Depdiknas: 2002). Kemampuan adalah
realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif (mengetahui cara
mengerjakan), kesanggupan adalah realisasi dari kecakapan hidup yang lebih
bersifat afektif (kemauan atau dorongan untuk berprilaku), dan ketrampilan
adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat psikomotorik (tindakan yang
dilakukan atas dasar pengetahuan dan kemauan)
2. Tujuan Life Skills
Tujuan
pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang
bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya di masa datang.
Tujuan khusus pendidikan kecakapan hidup
adalah:
a. Mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan berbagai
masalah kehidupannya
b. Memberikan
wawasan yang luas mengenai pengembangan karir
c. Memberikan
bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
d. Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education)
e. Mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah.
3. Manfaat
Life Skills
Pendidikan
kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta didik dan manfaat sosial
bagi masyarakat. Bagi peserta didik, pendidikan kecakapan hidup dapat
meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan
kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam
kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan
jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan kompetitif, dan
kesejahteraan pribadi.
Bagi
masyarakat, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju
dan madani dengan indikator-indikator adanya: peningkatan kesejahteraan sosial,
pengurangan perilaku destruksif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah
sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampun memadukan
nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).
B. Jenis-Jenis Life Skills
Kecakapan hidup dipilah menjadi empat jenis, yakni :
1.
Kecakapan personal (personal
skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skills)
Kecakapan mengenal pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikan sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup:
a. Kecakapan menggali dan menemukan informasi (informating searching)
b.
Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (informating processing and decision making
skills),
c.
Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving
skills).
2.
Kecakapan sosial (social
skills)
Kecakapan sosial atau kecakapan interpersonal (interpersonal skills) mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication
skills) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skills).
Dua kecakapan diatas
disebut sebagai kecakapan hidup yang bersifat umum atau kecakapan hidup general
(general life skills/ GLS). Kecakapan hidup tersebut di perlukan oleh siapapun
baik mereka yang bekerja, mereka yang tidak bekerja dan mereka yang sedang menempuh
pendidikan.
3.
Kecakapan akademik (academic
skills)
Kecakapan akademik (academic skills)
yang sering kali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan
pengembangan dari kecakapan berpikir rasional pada GLS. Kecakapan akademik
lebih menjurus kepada kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan.
4.
Kecakapan vokasional (vocational skills)
Kecakapan vokasional (vokasioanal skills) sering kali disebut dengan kecakapan kejuruan. Artinya kecakapan yang
dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih memerlukan
keterampilan motorik. Dalam kecakapan vokasional tercakup kecakapan vokasional
dasar atau pravokasional yang meliputi kecakapan menggunakan alat kerja, alat
ukur, memilih bahan, merancang produk; dan kecakapan vokasional penunjang yang
meliputi kecenderungan untuk bertindak dan sikap kewirausahaan
Kecakapan akademik dan vokasional
termasuk kedalam kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skills).
Kecakapan ini diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus
tertentu.
Menurut
Sonata Stein bahwa terdapat empat kategori standar yang perlu dipersiapkan di
masa mendatang tentang kecakapan bagi orang dewasa.
1.
Mendapatkan informasi dan ide-ide.
2.
Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri
perasaannya dan dapat dimengerti oleh orang lain.
3.
Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang
solid dan mampu menganalisis dan dapat menentukan secara hati-hati.
4.
Selalu belajar agar tidak ketinggalan.
Tidak hanya itu, disini juga terdapat jenis – jenis
life skills menurut beberapa para ahli, diantaranya sebagai berikut:
1. Broling
Pendapat Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan
hidup pendidikan non formal mengelompokkan life
skills menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Kecakapan hidup sehari-hari (daily living skills), antara lain
meliputi: pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi,
pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaraan keamanan,
pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang,
rekreasi, dan kesadaran lingkungan.
b. Kecakapan hidup sosial/pribadi (personal/social skill), antara lain meliputi : kesadaran diri (minat, bakat,
sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa
dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan
masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan
kepemimpinan.
c. Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi:
kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja,
latihan ketrampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi,
kesadaran untuk menguasai berbagai ketrampilan, kemampuan menguasai dan
menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan
menghasilkan produk barang dan jasa.
2.
World Health Organization (WHO)
WHO mengelompokkan kecakapan hidup kedalam lima kelompok, yaitu: Kecakapan mengenal diri (self
awareness) atau kecakapan pribadi (personal skills), Kecakapan sosial (social skills), Kecakapan berpikir (thinking
skills), Kecakapan akademik (academic skills) dan Kecakapan kejuruan (vokasional
skills).
3. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda
Ditjen PLSP mengelompokkan life skills secara operasioanal kedalam empat jenis, yaitu:
a.
Kecakapan pribadi (personal
skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan
berpiki rasional dan percaya diri
b.
Kecakapan sosial (sosial
skills), seperti kecakapan melakukan kerja sama, bertenggang rasa, dan
tanggung jawab sosial
c.
Kecakapan akademik (academic
skills) seperti kecakapan dalam berpikir ilmiah, melakukan penelitian, dan
percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah
d.
Kecakapan vokasioanal (vocational skills) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang
pekerjaan tertentu yang terdapat dimasyarakat, seperti dibidang jasa
(perbengkelan, jahit menjahit dan produksi barang tertentu ).
4.
Direktorat Kepemudaan
Direktorat Kepemudaan mengelompokkan life skills ke dalam tiga kelompok, yaitu: Kecakapan personal, Kecakapan sosial dan Kecakapan vokasional
5.
Satori
Satori (2002) mencoba menyajikan suatu model hubungan antara life skills,
employebility skills, vocational skills, dan spesific occupational skills.
Konsep life skills telah di uraikan di atas. Istilah employebility skills,
mengacu pada serangkaian keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan
pekerjaannya supaya berhasil. Employebility skills meliputi tiga keterampilan
utama, yaitu:
a. Keterampilan dasar
1) Keterampilan berkomunikasi lisan
2) Membaca (mengerti dan dapat mengikuti
alur berpikir)
3) Penguasaan dasar-dasar berhitung
4) Keterampilan menulis
b. Keterampilan berpikir tingkat tinggi
1)
Keterampilan pemecahan masalah
2)
Keterampilan belajar
3)
Keterampilan berpikir inovatif dan kreatif
4)
Keterampilan membuat keputusan
c. Karakter dan keterampilan afektif
1) Tanggung jawab
2) Sikap positif terhadap pekerjaan
3) Jujur, hati-hati, teliti, dan efisien
4) Hubungan antar pribadi, kerja sama
dan bekerja dalam tim
5) Percaya diri dan memiliki sikap
positif terhadap diri sendiri
6) Penyesuaian diri dan fleksibel
7) Penuh antusias dan motivasi
8) Disiplin dan penguasaan diri
9) Berdandan dan berpenampilan menarik
10) Memiliki integritas pribadi
11) Mampu bekerja mandiri tanpa
pengawasan orang lain
6.
Slameto
Slameto (2002) membagi life skills
menjadi dua bagian yaitu : kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang bersifat dasar adalah
kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak
tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan pondasi bagi peserta
didik baik dijalur pendidikan persekolahan
maupun pendidikan nonformal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat instrumental. Life skills yang
bersifat instrumenstal adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan
dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan derap perubahan. Slameto membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu:
a. Kecakapan belajar terus-menerus
b. Kecakapan membaca, menulis, dan
menghitung
c. Kecakapan berkomunikasi: lisan,
tulisan, tergambar dan mendengar
d. Kecakapan berpikir
e. Kecakapan qalbu: iman (spiritual),
rasa dan emosi
f. Kecakapan mengelola kesehatan badan
g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya
h. Kecakapan berkeluarga dan sosial
Kecakapan instrumenstal dibagi lagi menjadi sepuluh
kecakapan, sebagai berikut:
a. Kecakapan memanfaatkan teknologi
dalam kehidupan
b. Kecakapan mengelola sumber daya
c. Kecakapan bekerja sama dengan orang
lain
d. Kecakapan memanfaatkan informasi
e. Kecakapan menggunakan sistem dalam
kehidupan
f. Kecakapan berwirausaha
g. Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga
dan seni (cita rasa)
h. Kecakapan memilih, menyiapkan dan
mengembangkan karir
i. Kecakapan menjaga harmoni dengan
lingkungan
j. Kecakapan menyatukan bangsa
bedasarkan nilai-nilai pancasila
C. Pendekatan dan
strategi pengembangan muatan life skill pada pembelajaran berawawasan
kemasyarakatan
1.
Pendekatan pengembangan
muatan life skills pada pembelajaran
Pemuatan life skills pada setiap
pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan akan selalu menggunakan
prinsip-prinsip pendekatan broad based
education (pendidikan berbasis luas). Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki
karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang
berkembang secara luas dimasyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan
berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan keunggulan, menganut
prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan pondasi yang kuat.
Dengan
demikian, broad based education di
artikan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih
luas, kuat dan mendasar sehingga kemungkinan warga masyarakat memiliki
kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya,
baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaannya.
a. Landasan Konsep Pendidikan Berbasis
Luas
1)
Filosofi
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
2)
Sosial Budaya
a) Nilai sosial dan budaya digali,
dibina, dan dikembangkan melalui proses pendidikan
b) Menata masyarakat melalui pendidikan
berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya
lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global.
c) Proses revitalisasi potensi untuk
membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan
sosial, ekonomi, dan politik.
3)
Psikologis
a) Proses pendidikan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik potensi yang dimiliki
seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya.
b) Manusia dalam kehidupannya memerlukan
hubungan dengan lainnya sehingga membutuhkan berbagai nilai-nilai yang
berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya.
b. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup dengan
pendekatan pendidikan berbasis luas.
1)
Adanya penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang
berbasis sempit (narrow based curriculum)
menjadi berbasis mendasar, kuat dan luas (broad
based curriculum).
2)
Pelaksanaan evaluasi difokuskan kepada kompetensi warga
belajar yang mengikuti kegiatan pembelajaran.
3)
Metode pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement.
4)
Peningkatan mutu dan pembentukan kenggulan sebagai bekal
menghadapi berbagai perubahan yang berkembang semakin cepat.
5)
Membuka wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat
sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang ada, berubah tantangan menjadi
peluang bagi kehidupannya.
6)
Membentuk dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap
pelaksanaan program keterampilan hidup guna memantau dan memberikan supervisi
terhadap program sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
7)
Memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan dalam rangka mendukung
program keterampilan hidup.
8)
Mengoptimalkan peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan
dan mengembangkan program keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan
potensi daerah/lokal.
9)
Meningkatkan kerja sama dengan unit kerja terkait, dunia
usaha, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya dalam mendukung pelaksanaan program keterampilan hidup.
Upaya peningkatan mutu SDM melalui
aktualisasi sistem broad based education
telah dicanangkan melalui ketetapan MPR (1999) berkenaan dengan pendidikan
mengamanatkan sebagai berikut:
1)
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutinggi bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2)
Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta
meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan.
3)
Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaruan
kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik.
Pendidikan berdasarkan sistem broad based education ialah konsep pendidikan
yang memacu pada life skills. Tujuan
utamanya adalah untuk mengakomodasi kebututuan pendidikan masayarakat dalam
rangka memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan standar hidup, bagi
pendidikan formal adalah memberikan bekal keterampilan dasar bagi mereka yang
tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Life skills adalah broad based educatation atau pendekatan pendidikan berbasis luas.
Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik
bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara
luas di masyarakat. Wardiman (1998)
menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan SDM,
berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk SDM yang
berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan
dasar yang kuat.
2.
Strategi pengembangan
muatan life skill pada pembelajaran
a. Strategi renung-Latih-Telaah (RLT)
Strategi RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau pembiasaan dan
penelaahan dikemukakan oleh Marwah Daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang
berorientasi life skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat
dan makna hidup/diri, pelatihan/pembiasaan tentang bagaimana mengelola
(manajemen) hidup, dan penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses. Life skills
merupakan kombinasi antara:
1)
Perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai
manusia, makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan
2)
Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan
merencanakann masa depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat
3)
Cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia
untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi.
b. Strategi Learner centred
Strategi ini dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan dengan mengadopsi
statregi pendidikan masyarakat, yang bercirikan bahwa pendidikan life skills
diselenggarakan dengan prinsip :
1)
Pengembangan kecakapan berdasarkan minat dan kebutuhan individu
dan/ atau kelompok sasaran.
2)
Pengembangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi
wilayah setempat (sumber daya alam dan potensi sosial budaya).
3)
Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar
sektor usaha kecil atau industri rumah tangga.
4)
Pengembangan kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi
keterampilan peserta didik untuk berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu
teoritik namun lebih bersifat aplikatif opersional.
c. Strategi kurikulum berbasis
kompetensi
Setiap manusia hidup
memliki kompetensi-kompetensi tertentu sesuai perkembangan usia, status sosial
dan pekerjaannya. Berdaarkan kompetensi-kompetensi inilah suatu kurikulum
pembelajaran (pendidikan) di rancang, sehingga ditemukan formulasi materi/
pelajaran apa yang perlu dimiliki/ dikuasai peserta didik dalam pencakapan
dirinya untuk melaksanakan kompetensinya. Kurikulum disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi
diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,
berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara
responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan berdemokrasi,
globalisasi, dan otonomi daerah. Dalam konteks desentralisasi dan
seiring dengan perwujudan pemerataan hasil pendidikan bermutu diperlukan
kurikulum nasional yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional , dan global.
d. Strategi Penguatan Pendidikan
Ekstrakurikuler
Pendidikan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran
tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah untuk lebih memperluas
wawasan atau kemampuan, peningkatan dan
penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai
mata pelajaran.
Tujuan dari pendidikan
ekstrakurikuler adalah:
1)
Meningkatkan dan
memantapkan pengetahuan siswa
2)
Mengembangkan bakat,
minat, kemampuan dan ketrampilan dalam upaya pembinaan pribadi dan
3)
Mengenali hubungan antar
pelajaran dalam kehidupan di masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Life skills dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup adalah ketrampilan
untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya.
Kecakapan hidup dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: Kecakapan
Personal, Kecakapan Sosial, Kecakapan Akademik dan Kecakapan Vokasional
Pendekatan pengembangan muatan life
skills pada pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip pendekatan broad based education (pendidikan
berbasis luas).
Sedangkan untuk
strategi pengembangan muatan life skill pada pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan:
a. Strategi renung-Latih-Telaah (RLT)
b. Strategi Learner centred
c. Strategi kurikulum berbasis
kompetensi
d. Strategi Penguatan Pendidikan
Ekstrakurikuler
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat bisa
bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca sekalian. Diharapkan para
pembaca tidak hanya membaca tetapi juga memahami dan mengimplementasikannya
dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Untuk kesempurnaan makalah ini kami
mohon kritik dan saran kepada rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku
penyusun bisa memperbaki kekurangan-kekurangan dari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hatimah Ihat, dkk. 2007. pembelajaran berwawasan kemasyarakatan.
Jakarta: Universitas Terbuka
Supriatna Mamat. Pengembangan kecakapan hidup di
sekolah. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196008291987031-MAMAT_SUPRIATNA/09._PENGEMBANGAN_KECAKAPAN_HIDUP.pdf [Minggu, 15 Juni 2014]
Slamet. Konsep dasar kecakapan hidup. [online].
Tersedia: http://www.infodiknas.com/pendidikan-kecakapan-hidup-konsep-dasar-2.html
[Minggu, 15 Juni 2014]
Riyanti Widi. 2013. Muatan life skills dalam pembelajaran
berwawasan kemasyarakatan. [online]. Tersedia: http://widiriyanti.blogspot.com/2013/04/muatan-life-skills-dalam-pembelajaran_2.html [Kamis, 12 Juni 2014]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar