Sabtu, 22 Februari 2014

ADHD dan Layanan Bimbingan nya

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan manusia dengan beraneka ragam. Di antara manusia yang diciptakan tersebut, ada yang diciptakan dengan memiliki sifat hiperaktif. Anak hiperaktif umumnya agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, dan tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Selain itu, biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan juga sulit menaati perintah orangtua dan guru. Anak hiperaktif umumnya mengalami masalah emosi, suka bermabuk-mabukan atau melakukan pelanggaran hukum ketika anak tersebut telah menginjak dewasa. Sebenarnya keaktifan tersebut tidak mereka inginkan. Namun, mereka sulit untuk duduk dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh suatu kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Anak yang hiperaktif juga cenderung tidak bisa diam dan suka mengganggu teman disekitarnya. Sifat anak yang seperti itu mengakibatkan orang merasa capai sendiri melihat tingkah polah anak hiperaktif. Apalagi, orang tua atau keluarga si anak yang setiap saat menyaksikan perilaku anak yang tidak dapat diam dan cenderung merusak ini. Terkadang sikap anak ini  membahayakan bagi dirinya sendiri maupun orang di dekatnya. Keadaan tersebut membuat sebagian orang tua melabeli anak tersebut dengan sebutan anak nakal.Namun, anak hiperaktif sebenarnya memiliki potensi yang tidak dimiliki orang lain. Hanya saja, kebanyakan orang tua  tidak mengetahui cara menangani dan memunculkan potensi dari anak hiperaktif tersebut. Pada dasarnya untuk mendidik anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa menjadi anak yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu karakteristik, penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak hiperaktif tersebut. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Anak ADD-H/ADHD dan Layanan bimbingannya.


B.  Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan attention deficit hyperactivity disorder
2.    Apa saja ciri-ciri dari gangguan attention deficit hyperactivity disorder
3.    Apa penyebab dari gangguan attention deficit hyperactivity disorder
4.    Problem-problem apa saja yang di hadapi anak attention deficit hyperactivity disorder
5.    Bagaimana layanan bimbingan atau penangana untuk anak attention deficit hyperactivity disorder


C.  Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui serta memahami apa itu attention deficit hyperactivity disorder
2.    Untuk mengetahui serta memahami ciri dari attention deficit hyperactivity disorder
3.    Untuk mengetahui serta memahami tentang gangguan-gangguan attention deficit hyperactivity disorder
4.    Untuk mengetahui serta memahami Problem-problem apa saja yang di hadapi anak attention deficit hyperactivity disorder
5.    Untuk mengetahui serta memahami tentang bagaimana penanganan atau layanan yang tepat untuk gangguan attention deficit hyperactivity disorder




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian ADD-H/ ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.  Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini disebut juga sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.  Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku seperti ini dapat terjadi dalam berbagai situasi dan berlanjut hingga dewasa.
Erick Taylor dalam bukunya “Anak yang Hiperaktif” mengatakan bahwa kata hiperaktif dinyatakan untuk menyatakan suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mandiri, tidak menaruh perhatian, dan impulsif (semaunya). Sementara itu, Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan bahwa pengertian istilah anak hiperaktif adalah  hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi, dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) bisa digolongkan menjadi beberapa tipe, Dwijo ( 2007: 23 ) menggolongkan ADHD menjadi beberapa tipe :
1.    Tipe Anak yang Tidak Bisa Memusatkan Perhatian
Anak tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan terdapat pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan  digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.

2.    Tipe Anak yang Hiperaktif dan Impulsif
Anak tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

3.    Tipe Gabungan
Anak tipe ini sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif, dan impulsif. Kebanyakan anak hiperaktif termasuk tipe seperti ini.
Jadi, yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan impulsif. Apabila keadaannya sudah parah dan berkelanjutan, anak hiperaktif bisa memunculkan suatu tindakan  merusak kegiatan sekolah serta hubungan dengan teman. Keadaan inilah yang membuat anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajari, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan juga sulit untuk mentaati orangtua dan guru.

B.  Ciri-ciri Anak Hiperaktif
Secara umum gejala fisik yang nampak pada anak hiperaktif adalah alergi shiner (lingkaran hitam di bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain misalnya infeksi telinga, gangguan tidur, alergi (seperti eksim, gatal-gatal, dan asma), gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit kepala dan sakit pada bagian kaki di malam hari. Sedangkan dilihat dari sifat/ perilakunya, Dr. Mary Go Setiawani menggambarkan anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orang tua dan guru.
Sementara itu, pendapat lain juga menggambarkan ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku anak hiperaktif, antara lain:
1.    Lack of concentration (kurang berkonsentrasi)
2.    Unusually aggressive (sangat agresif), dapat dilihat pada tingkah laku anak saat bermain dengan teman sebayanya
3.    Unaware of physical danger (kurang menyadari bahaya fisik), sehingga memungkinkan fisik anak terancam bahaya
4.    Impulsive (impulsive), yaitu anak sering tidak mampu bersikap sabar, sehingga dapat mengatakan/ melakukan sesuatu tanpa berfikir
5.    Emotional and intellectual immaturity (Emosional dan intelektualnya tidak matang)
6.    Forgetfull and/or clumsy (Pelupa/ kikuk)
7.    Attention- seeking (mencari perhatian).

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.    Tidak ada perhatian.
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan sering tidak mendengarkan perkataan oranglain.

2.    Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur.

3.    Impulsif.
Impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar, sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaanya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.

Dan ciri khususnya anak yang hiperaktif menurut Irawati Ismail (2009) diantaranya ialah sebagai berikut :
a.    Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
b.    Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
c.    Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
d.   Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
e.    Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
f.     Sering terlalu banyak bicara
g.    Sering sulit menunggu giliran
h.    Sering memotong atau menyela pembicaraan
i.      Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Dalam buku “Dinamika Pendidikan”  Ibnu Syamsi (1997) menjelaskan ada empat karakteristik dari anak hiperaktif, yaitu:

1.    Overaktivity
Anak overaktivity adalah anak yang suka bergerak  disekitarnya, sering dan lebih cepat, dan gerakan itu tanpa  tujuan. Di sekolah pun mereka sering keluar dari tempat duduk, sewaktu duduk pun kaki dan tangannya tidak pernah diam.  Hal ini menjadikan anak hiperaktif kelihatannya seperti anak yang nakal dan susah diatur.

2.    Distratibility (kebingungan)
Distratibility adalah tingkah laku yang kurang mendapatkan perhatian. Secara khusus, anak ini mengalami hiperaktif dengan cirri-ciri yaitu:
a.    Mempunyai jangka waktu perhatian yang pendek  dan perhatiannya tidak tertambat pada aktivitas yang diikuti oleh sebagian anak-anak.
b.    Fokus perhatiannya berganti dengan cepat  dan sedikit proses belajar yang terjadi dapat dirasakan.
c.    Mempunyai kesulitan untuk memberikan perhatian dan mengarahkan pada rangsangan-rangsangan saat pelajaran di sekolah.

3.    Impulsifity (menurut kata hati)
Impulsifity adalah tingkah laku yang kecenderunganya cepat atau tidak sistematis  dan tidak menghiraukan akibat yang mungkin terjadi dari tindakannya. Tingkah laku anak ini seperti:  memanjat pohon dan tidak dapat turun, menyinggung perasaan orang lain dengan ucapannya, dan berlari diiantara mobil yang diparkir untuk mencari sesuatu.

4.    Exitability (mudah tersinggung)
Exitability adalah tingkah laku yang mudah terangsang untuk sifat positif dan negatif seperti: lekas marah, toleransi yang rendah dan kecewa, perubahan suasana hati  secara dramatis dan cepat. Tingkah lakunya juga sulit diduga, sehingga sulit berinteraksi dengan lingkungannya.


C.  Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif
Seorang anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain:
1.    Faktor neurologic
Yaitu disebabkan oleh:
a.    Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal, seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol, serta kandungan yang terkena sinar X

b.    Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di otak yang berupa depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses konsentrasi)

c.    Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, orbital-prefrontal, orbital-limbik otak, khususnya sebelah kanan.

2.    Faktor toksik
Beberapa zat makanan yang mengandung bahan kimia dan suplai makanan yang menyebabkan alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak anak, sehingga berdampak pada penginderaan, perasaan, dan tindakan. Makanan- makanan tersebut antara lain:
a.    Makanan yang mengandung kafein, seperti coca cola
b.    Makanan yang mengandung gula, seperti chocolate chip cookies, kue jello, kool-aid, es krim stoberi atau coklat batangan
c.    Bahan makanan yang mengandung pewarna makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik, salisilat, dan bahan pengawet lainnya
d.   Suplay makanan yang menyebabkan alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging babi, daging ayam dan jagung.

3.    Faktor genetic
Didapatkan korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.

4.    Faktor psikososial dan lingkungan
Lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkembangan sosial anak juga menjadi penyebab anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang tidak hangat, perilakunya akan sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah. Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian anak menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan secara terpotong-potong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menontontelevisi.
Dalam buku “Anak yang Hiperaktif”  Erick Taylor (1997) menjelaskan ada lima penyebab dari anak hiperaktif, yaitu:
1.    Kondisi Saat Hamil danPersalinan
Kondisi saat hamil dan persalinan merupakan suatu kondisi yang perlu diperhatikan demi perkembangan anak.  Kondisi janin yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif misalnya keracunan pada akhir kehamilan (ditandai dengan tingginya tekanan darah, pembengkakan kaki dan ekskresi protein melalui urin), cedera pada otak akibat komplikasi persalinan.

2.    Cedera
Cedera yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif adalah cedera pada otak sesudah lahir. Hal ini  disebabkan oleh benturan kuat pada kepala anak.

3.    Tingkat Keracunan Timbal
Keracunan timbal yang parah dapat mengakibatkan kerusakan otak. Hal ini ditandai dengan kesulitan konsentrasi, belajar dan perilaku hiperaktif. Polusi timbal berasal dari industri peleburan baterai, mobil bekas, asap kendaraan atau cat rumah yang tua. Obat untuk mengeluarkan timbal dari dalam tubuh hanya diberikan di bawah pengawasan dokter bagi anak kadar timbalnya sudah sangat tinggi, karena obat tersebut mempunyai efek samping.

4.    Lemah Pendengaran
Lemah pendengaran disebabkan oleh infeksi telinga sehingga anak tidak dapat mereproduksi bunyi yang didengarnya. Akibatnya, tingkah laku menjadi tidak terkendali dan perkembangan bahasanya yang lamban. Segeralah hubungi dokter THT jika anak menunjukkan ciri berikut: perkembangan bahasa yang lambat, lebih banyak memperhatikan mimik lawan bicara, dan lebih banyak berreaksi terhadap perubahan mimik dan isyarat.

5.    Faktor Psikis
Faktor psikis lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan anak dengan dunia luar. Meskipun jarang, hubungan dengan anggota keluarga dapat pula menjadi penyebab hiperaktivitas. Contoh kasusnya seperti: orang tua yang bersikap sangat tegas menyuruh anak berdiri 15 menit di pojok ruangan untuk mengatasi ketidakdisiplinannya. Tapi setelah 15 menit berlalu, maka anak malah mempunyai energi berlebih yang siap meledak dengan akibat lebih negatif dibanding kesalahan sebelumnya.


D.  Problem-problem yang Dialami Anak Hiperaktif
1.    Problem di Sekolah
Problem di sekolah biasanya anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.

2.    Problem di Rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi. Apabila mengalami kekecewaan, ia gampang bersikap emosional.
Selain itu, anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Maka yang akan terjadi adalah reaksi penolakan dan pemberontakan pada anak. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress dan situasi rumah menjadi kurang nyaman. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
3.    Problem Berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi dan memberikan umpan balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

4.    Problem Fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti: asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti: terjatuh, terkilir, dan keseleo.

E.  Penanganan Anak Hiperaktif
1.    Penanganan anak hiperaktif bagi orang tua dan keluarga
Dalam tulisan yang bersumber dari CyberNews Suara Merdeka menawarkan
resep yang dapat dilakukan oleh orang tua dan keluarga anak hiperaktif, yaitu:
a.    Periksalah. Dengan cara mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak.
b.    Pahamilah. Anda dan keluarga dapat mengikuti support group dan parenting skill-training.
c.    Latih kefokusannya. Jangan tekan dia, terima keadaannya itu, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tetapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
d.   Telatenlah. Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf, anak bias diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bias pula mulai diberikan latihan berhitung dari berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10, setelah itu baru perkenalkan konsep angka 0 dengan benar.
e.    Bangkitkan kepercayaan dirinya. Gunakan teknik- teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif misalnya memberikan pujian, memberikan disiplin yang konsisten dan selalu memonitor perilaku anak. Anak juga bias melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua.
f.     Kenali arah minatnya. Kenali bakat atau kecendrungan perhatiannya sejak dini.
g.    Minta dia bicara. Bantu anak bersosialisasi, misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga anda bias mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan.
h.    Siap bahu membahu. Bantulah anak mewujudkan apa yang dia inginkan, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar memahami kondisi anak yang sebenarnya.

Berikut ini juga terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif:
a.    Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas.
b.    Kenali kelebihan dan bakat anak
c.    Membantu anak dalam bersosialisasi
d.   Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
e.    Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
f.     Menerima keterbatasan anak.
g.    Membangkitkan rasa percaya diri anak
h.    Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
i.      Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas dan konsekuen.
j.      Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia.
k.    Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh, dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan. Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
l.      Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
m.  Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
n.    Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar anak mudah memahami dan menggunakan kekerasan.
o.    Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik.
p.     Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
q.    Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai kebutuhan anak.

2.    Penanganan anak hiperaktif bagi guru dan di sekolah.
Di lingkungan sekolah, guru yang memiliki tanggung jawab dalam membimbing/ mengarahkan anak yang hiperaktif (penderita ADD/ ADHD). Menurut Ron Kurtus strategi yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain:
a.    Mengelola kelas, dengan karakteristik; membuat rancangan dan struktur kegiatan kelas, pemberian tugas yang memerlukan waktu yang tidak lama, instruksi guru yang dapat melatih rasio siswa dan bersifat individual, kurikulum pembelajaran yang menarik, menggunakan reinforsemen yang positif.

b.    Sikap guru yaitu; membantu siswa memiliki harapan akademik yang baik, sering memantau dan memeriksa pekerjaan siswa, penuh kesabaran, kehangatan, dan humoris, konsisten dan tegas, pengetahuan tentang perilaku anak yang berbeda, bekerja sama dengan guru yang memiliki keahlian khusus tentang anak hiperaktif.

c.    Guru membantu siswa melakukan self monitoring atau pemantauan perilaku diri sendiri, karena biasanya siswa menyadari bahwa mereka memiliki masalah dan ingin memperbaikinya. Guru dapat melakukan metode dengan menggunakan audio seperti bip-acak, tekniknya bias dengan memberikan rewards dan akurasi pemeriksaan.

Menurut Dr. Mary Go Setiawani (2000) upaya yang perlu dilakukan dalam menangani anak hiperaktif melalui:
1.    Penggunaan Obat
Dokter umumnya menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itu pun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jika masalahnya cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingannya. Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.

2.    Pengaturan Makanan
Dalam konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan. Selain itu, perlu ada pengendalian terhadap makanan sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
Berkaitan dengan pengaturan makanan, dalam tulisan lain memberikan beberapa pertimbangan yang dapat diperhatikan oleh orang tua, yaitu meminimalisir pemberian makanan yang mengandung zat aditif, memilih makanan pokok yang bergizi, dan tidak menyebabkan alergi, menjamin kecukupan nutrisi, serta memantau asupan makanan anak.
Yulia Permata Sari menawarkan beberapa pilihan makanan yang sebaiknya diberikan pada anak hiperaktif, yaitu:
a.    Potongan sayur, seperti wortel, batang seledri, brokoli dan kembang kol yang disajikan bersama salad dressing rendah lemak atau saus salsa.
b.    Yogurt rendah lemak atau keju rendah lemak tanpa perasa/ pemanis, disajikan dengan tambahan buah yang dihaluskan/ jus.
c.    Kacang- kacangan atau biji-bijian seperti almond, kacang mende, kenari, kacang tanah, kuaci biji bunga matahari atau labu dan lain-lain.
d.   Semangkuk buah-buahan segar/ beku/ dikeringkan.
e.    Whole grain cracker, dengan peanut butter atau almond nut butter
f.     Sereal sehat yang disajikan kering, bias juga ditambahi susu skim/ lemak. Pastikan anda memberikan sedikitnya 3 gram serat persajian.

3.    Hindarkan Pemanjaan
Anak jangan dimanjakan jika tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan.

4.    Menciptakan Lingkungan yang Tenang
Orang tua berupaya menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.

5.    Memilih Acara Televisi dengan Hati-hati
Acara televisi yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara televisi yang beradegan lembut dan baik.

6.    Gunakan Tenaga Ekstra dengan Tepat
Anak hiperaktif biasanya kurang dapat mengendalikan diri. Namun, apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, sesungguhnya akan mengurangi keonaran. Misalnya dengan mengizinkan dia mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.

7.    Membimbing dalam Kebenaran
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus dilakukan secara berulang-ulang. Apabila orangtua tidak putus asa, anak akan mempunyai harapan untuk disembuhkan. Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah mengajak anak untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada pertolongan-Nya.






BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian, dan impulsif. Apabila keadaannya sudah parah dan berkelanjutan, anak hiperaktif bisa memunculkan suatu tindakan  merusak kegiatan sekolah serta hubungan dengan teman. Keadaan inilah yang membuat anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajari, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan juga sulit untuk mentaati orangtua dan guru.
Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.    Tidak ada perhatian.
2.    Hiperaktif
3.    Impulsif.

Faktor-Faktor Penyebab anak menjadi Hiperaktif yaitu:
1.    Faktor neurologic
2.    Faktor toksik
3.    Faktor genetic
4.    Faktor psikososial dan lingkungan

Problem-problem yang Dialami Anak Hiperaktif
1.    Problem di Sekolah
2.    Problem di Rumah
3.    Problem Berbicara
4.    Problem Fisik

Penanganan Anak Hiperaktif Menurut Dr. Mary Go Setiawani (2000) yaitu:
a.    Penggunaan Obat
b.    Pengaturan Makanan
c.    Hindarkan Pemanjaan
d.   Menciptakan Lingkungan yang Tenang
e.    Memilih Acara Televisi dengan Hati-hati
f.     Gunakan Tenaga Ekstra dengan Tepat
g.    Membimbing dalam Kebenaran

B.  Saran
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca. Untuk kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran kepada rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku penyusun bisa memperbaki kekurangan-kekurangan dari makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

Ariesanda ayu. 2012. Anak ADHD dan Layanan Bimbingannya. [Online]. Tersedia: http://ayuariesanda.wordpress.com/2012/11/02/anak-adhd-dan-layanan-bimbingannya/
[01 Januari 2014]

Aryokurniawan. 2012. Upaya Menangani anak aktif. [Online]. Tersedia: http://aryokurniawan.wordpress.com/2012/12/11/130/
[01 Januari 2014]

Hajrianawarnadunia. 2009. Mengenal Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya. [Online]. Tersedia: http://hajrianawarnadunia.blogspot.com/2009/12/mengenal-anak-hiperaktif-dan-cara.html
[01 Januari 2014]