Senin, 20 Januari 2014

Ayah dan Peningkatan Mutu Sekolah



Banyak yang bilang peran seorang ibu lebih penting dibanding ayah. Ternyata, faktanya peran ayah juga tidak kalah penting dalam sebuah keluarga. Peran ayah sebenarnya sangat berat, selain memiliki tanggung jawab yang besar, seorang Ayah harus menjadi panutan anak dan istri, panutan disini macam-macam baik dalam mengajarkan nilai-nilai, norma-norma keagamaan dan kebaikan, kedisiplinan, dan lain sebagainya.
Menurut Bloir (2000) Ayah memiliki peran penting bagi perkembangan pribadi anak, baik sosial, emosional maupun intelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh motivasi, kesadaran dirinya, dan identitas skill serta kekuatan/ kemampuan-kemampuannya sehingga memberi peluang untuk sukses belajarnya, identitas gender yang sehat, perkembangan moral dengan nilainya dan sukses lebih primer dalam keluarga dan kerja/kariernya kelak. Terhadap semua itu pengaruh peran ayah yang paling kuat adalah terhadap prestasi belajar anak dan hubungan sosial yang harmonis.
Menurut National Parent Teacher Asosiation (2002) manfaat peran ayah bagi anak adalah makin baiknya tumbuh kembang anak secara fisik, sosio-emosional, ketrampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak belajar sehingga prestasi belajarnya lebih tinggi sering mendapat nilai A (9-10), kehadiran sekolah lebih tertib/disiplin serta aktif dalam ekstrakurikuler, menyelesaikan dengan tepat dan benar PR, bersikap lebih positif terhadap sekolah, masuk ranking yang lebih tinggi dan setamat SMTA memasuki Perguruan Tinggi favorit.
Di samping siswa mendapat nilai yang tinggi, mereka memiliki sikap yang positif terhadap sekolah sehingga rajin mengikuti kegiatan baik intra maupun ekstra kurikuler, akan menangkal anak dari keterlibatannya dalam kenakalan remaja, seperti mangkir, tawuran, miras, narkoba, kehamilan dini dan kriminalitas (bandingkan dengan Hart 2002, ESRC, 2001, Brown, 2000, Riley dan Shalala, 2000, Evan, 1999, Nord, 2000, US Dept. of Education, 2002) dan inilah yang membuat mutu sekolah menjadi meningkat.
Menurut Hart (1999) ayah memiliki peran yang sangat signifikan diantaranya:
a.    Sebagai “Economic Provider,” ayah memenuhi kebutuhan finansial anak untuk biaya sekolah, membeli peralatan belajar, dan perlengkapannya sehingga anak merasa aman mengikuti pelajaran, dan dapat belajar dengan lancar di rumah
b.    Sebagai “Friend and Playmate”, melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau/humor yang sehat, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga problem, kesulitan dan stress dapat dikeluarkan. Pada akhirnya tidak mengganggu belajar dan perkembangannya
c.    Sebagai “Caregiver” ayah dapat dengan sering melakukan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk sehingga membuat anak merasa nyaman dan penuh kehangatan
d.   Sebagai “Teacher and Role Model” ayah bertanggung jawab mengajari tentang apa saja yang diperlukan anak untuk kehidupan selanjutnya dalam berbagai kehidupan melalui latihan dan teladan yang baik sehingga berpengaruh positif bagi anak
e.    Sebagai “Monitor and Disiplinarian”, ayah memonitor/mengawasi perilaku anak, begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan bisa segera terdeteksi sehingga disiplin perilaku anak bisa pula segera ditegakkan.
f.     Sebagai “Protector” ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak sehingga anak terbebas dari kesulitan resiko/bahaya selagi ayah atau ibu tidak bersamanya;
g.    Sebagai “Advocate” ayah siap membantu, mendampingi dan membela anak jika ada kesulitan/masalah, dengan demikian anak merasa aman, tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, dan itu adalah ayahnya sendiri
h.    Sebagai “Resource” dengan berbagai cara dan bentuknya, ayah dapat mendukung keberhasilan anak. 

Berdasarkan paparan di atas dapatlah difahami bahwa betapa pentingnya peran ayah, bukan hanya untuk keberhasilan belajar anak, tetapi juga untuk keseluruhan aspek perkembangan anak baik masa anak sekolah bahkan sampai anak dewasa berkeluarga dan berkarya.  Dan ini-lah yang membuat mutu sekolah/ pendidikan kita menjadi meningkat, karena berkat adanya seorang ayah yang baik yang selalu mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan anak nya agar menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.



Senin, 06 Januari 2014

Cara alami untuk menghilangkan Jerawat

Jerawat memiliki berbagai macam jenis dan penyebabnya, oleh karena itu penanganan cara menghilangkan jerawat juga berbeda tergantung dari jenis jerawat itu sendiri. dan sebelum anda menghilangkan jerawat ada baiknya anda mengenali terlebih dahulu jenis jerawat yang ada di wajah kalian.
Berikut adalah berbagai macam jenis jerawat  dan penyebabnya.
Jenis Jerawat dan Penyebabnya:
     1.    Jerawat Batu
Istilah ilmiah dari jerawat jenis ini adalah : Cystic Acne. Bentuknya cukup besar, dengan benjolan yang disertai dengan peradangan. Jerawat batu ini biasanya tersebar hampir di seluruh bagian wajah, sangat berbeda sekali dengan jerawat biasa yang biasanya hanya terdapat di salah satu bagian wajah saja. Jerawat batu ini sering membuat orang yang menderitanya merasa kehilangan percaya diri karena raut wajah yang terkesan sangat tidak menarik. Biasanya jenis jerawat batu ini timbul karena faktor genetik ataupun keturunan

2.    Jerawat Biasa
Tampilan dan bentuk dari jerawat jenis biasa atau yang biasa disebut dengan jerawat klasik ini sangat mudah untuk dikenali yaitu benjolan kecil dikulit yang berwarna sedikit kemerahan atau merah muda. Penyebab umum dari jerawat jenis ini adalah stres, faktor hormonal dan udara lembab yang menjadi pemicu bagi kulit untuk memproduksi minyak yang berlebihan sehingga menjadi tempat berkembangnya bakteri dibagian tersebut. Akibatnya pori-pori kulit tersumbat karena adanya infeksi yang diakibatkan oleh bakteri tersebut.

3.    Komedo
Jerawat dengan jenis komedo adalah jerawat yang terdiri dari dua macam, yaitu:
  • Komedo yang terbuka, jerawat jenis ini akan terlihat seperti pori-pori yang membesar dan menghitam (titik yang berwarna hitam tersebut adalah penyumbat pori yang berubah warna karena teroksidasi dengan udara).
  • Komedo yang tertutup, jerawat jenis ini memiliki bentuk kulit yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat sehingga akan terlihat seperti sebuah benjolan putih kecil-kecil di bawah permukaan kulit.
Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami
1.      Tomat
Salah satu jenis tanaman yang bisa dikatakan buah dan juga sayuran ini memang memiliki banyak khasiat, selain bisa untuk menghilangkan komedo, ternyata tomat juga bisa menghilangkan jerawat dan bekas jerawat. Cara menghilangkan jerawat dengan comat adalah kita hanya cukup mengiris tomat dan kemudian dioleskan lalu tempelkan di bagian wajah yang terkena jerawat, tunggu dan diamkan selama 15 menit. Untuk lebih memuaskan lakukan cara ini kurang lebih selama satu bulan.

2.    Bawang Putih
Cara menghilangkan jerawat dengan bawang putih bisa dengan dua pilihan. Pilihan pertama adalah dengan menumbuk sampai halus dua atau lebih bawang putih dan kemudian dioleskan di sekitar wajah yang terdapat jerawat, diamkan selama 10 menit lalu bilas sampai bersih. Pilihan kedua, dengan memakan satu atau lebih bawang putih di setiap harinya. Banyak yang mengatakan bahwa cara menghilangkan jerawat ini cukup efektif, namun memang kita harus tahan dengan bau bawang putih yang cukup menyengat.

3.    Pasta Gigi
Selain dapat memberiskan gigi, namun cara menghilangkan jerawat juga bisa dengan menggunakan pasta gigi. Caranya, sebelum tidur kita hanya cukup mengoleskan pasta gigi di sekitar wajah yang berjerawat, lalu biarkan sampai pagi dan bilas menggunakan air bersih.

4.    Jeruk Nipis
Tidak dipungkiri memang buah-buahan memberikan banyak manfat bagi kesehatan kita, termasuk dalam cara menghilangkan jerawat yang menggunakan jeruk nipis. Kandungan citric acid yang terdapat pada jeruk nipis dapat memindahkan sel-sel kulit mati yang akan menyebabkan jerawat. Dengan membuat ramuan jeruk nipis yang dicampur dengan air mawar mampu untuk menghilangkan jerawat. Caranya, campurkan perasan lemon dengan air mawar dan oleskan di bagian wajah yang berjerawat, diamkan selama 10 sampai 15 menit kemudian bilas dengan air hangat. Pemakaian secara rutin selama 15 hari dapat memberikan hasil yang lebih maksimal.

5.    Putih Telur
Cara menghilangkan jerawat dengan bahan yang satu ini cukup mudah, pisahkan putih telur lalu kita kocok hingga berbusa. Oleskan di bagian wajah yang terkena jerawat kemudian diamkan selama kurang lebih 15 menit. Putih telur tersebut akan menyerap minyak yang dapat menyebabkan jerawat sampai akhirnya jerawat pun menghilang.

6.    Minyak zaitun
Manfaat minyak zaitun sudah terkenal sangat banyak terutama untuk kecantikan dan kesehatan wajah. Agar wajah mulus tanpa bekas jerawat, oleskan minyak zaitun pada wajah sebelum tidur sembari memijat secara perlahan dan kemudian bilas dengan air hangat-hangat kuku. Lakukan secara rutin untuk hasil optimal bagi kulit wajah.

7.    Gel lidah buaya
Kandungan dalam gel lidah buaya juga cukup efektif untuk membersihkan kulit wajah agar terbebas dari bekas-bekas jerawat yang membandel.
Cara penggunaannya :
·      Pilih lidah buaya yang masih segar dan belum layu.
·      Patahkan di bagian tengahnya
·      Pencet hingga keluar gelnya.
·      Oleskan secara merata pada wajah.
·      Diamkan selama 10-15 menit
·      Bilas dengan air bersih.
·      Lakukan secara rutin untuk hasil optimal

8.    Menerapkan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup sehat adalah sebagai cara menghilangkan bekas jerawat yang ampuh, berikut adalah tipsnya.
  • Minum air putih yang cukup. Air putih dikenal tidak hanya untuk kebutuhan primer hidup manusia saja, terapi air putih juga telah dikembangkan untuk mengobati berbagai penyakit. Minum air putih sebanyak 8 gelas satu hari akan membantu menjaga kelembaban kulit sehingga akan mengurangi dampak menyebarnya bekas jerawat membandel. Manfaat air sangat banyak sekali, jadi tidak ada salahnya secara rutin mengkonsumsi air ini secara teratur.
  • Tidur yang cukup dan teratur. Jerawat juga dapat disebabkan oleh stres dan kurang jam tidur, selain dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, tidur juga dapat menambah tumbuhnya jerawat pada wajah. Dengan tidur yang cukup akan membuat metabolisme kulit menjadi teratur sehingga pori pori wajah juga akan terjaga untuk memudarkan jerawat serta tentu dapat mengatasi rasa lelah pada tubuh setelah seharian beraktifitas
  • Perbanyak makan buah dan sayuran. Manfaat buah untuk kulit memang sangat banyak, buah dan sayuran juga dapat membantu menghilangkan jerawat serta bekasnya. Kandungan vitamin E pada buah dan sayur sangat banyak  kebutuhan vitamin E kulit akan dapat terpenuhi. Konon memakan buah dan sayuran sangat ampuh dijadikan cara menghilangkan jerawat membandel agar tidak tambah banyak.
  • Tidak menyentuh atau memencet jerawat dengan tangan. Kontak dengan tangan langsung justru akan menambah tumbuhnya jerawat dan menjadi bekas yang sulit dihilangkan apalagi disentuh dengan tangan yang kotor serta tidak steril.
  • Membersihkan wajah secara teratur. Membersihkan muka secara teratur setiap hari menggunakan sabun muka dapat mengurangi kuman penyebab bekas jerawat membandel. Selain itu, kebiasaan ini juga dapat dijadikan cara menghilangkan komedo di wajah dan membersihkan kulit wajah dari jerawat baru
  • Jauhkan rambut dari wajah. Jika anda memiliki rambut yang panjang ada baiknya anda menjepit dan mengikatnya agar tidak terlalu sering mengenai bekas jerawat, karena rambut memiliki kandungan minyak serta debu dan tidak steril bagi kulit yang sedang terkena jerawat.




Sumber:

Problematika Pendidikan Nasional dan Kebudayaan di Era Globalisasi



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Bagi bangsa manapun pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilaksanakan karena menentukan kemajuan sumber daya manusia yang dimiliki¬nya. Bahkan menjadi penentu perkembangan bangsa itu sendiri. Peningkatan sumber daya manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan John Dewey, “Educational process has no end beyond itself, it is in it’s own an end” yang berarti proses pendidikan itu tidak akan pernah berakhir. Karena dalam kehidupan sebuah bangsa, pendidikan merupakan sebuah faktor penentu dalam kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki sebuah bangsa menentukan kualitas dari bangsa itu sendiri.
Sejalan dengan gelombang arus Globalisasi, standar pendidikan Nasional mulai menjadi percaturan hangat di tengah masyarakat Indonesia. Banyak pro dan kontra terhadap standar pendidikan yang ada. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa problem dan tantangan pendidikan nasional dalam memasuki globalisasi harus dihadapi dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan kondisi masyarakat dan tuntutan perubahan di masa depan. Fenomena yang terjadi pada dunia pendidikan di era globalisasi ini adalah selalu tertinggal jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi, dan dunia bisnis.



B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian pendidikan, kebudayaan dan globalisasi.
2.    Apa Problematika pendidikan  nasional dan kebudayaan di era global
3.    Bagaimana solusi dari problematika pendidikan nasional dan kebudayaan di era global

C.           Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuannya adalah untuk :
1.    Mengetahui pengertian Pendidikan, kebudayaan dan globalisasi
2.    Mengetahui problematika pendidikan nasional dan kebudayaan di era global
3.    Mengetahui solusi dari problematika pendidikan nasional dan kebudayaan di era global.




















BAB II
PEMBAHASAN


A.           Pengertian Pendidikan Nasional, Kebudayaan, dan Globalisasi

1.    Pengertian Pendidikan Nasional
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen):
a.             Pasal 31, ayat 3 menyebutkan:  Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
b.             Pasal 31, ayat 5 menyebutkan:  “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas:
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO:
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: Learning to Know, Learning to do, Learning to be and Learning to live together.
Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

2.             Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Berikut ini terdapat beberapa definisi kebudayaan menurut beberapa ahli diantaranya;
a.              Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
b.             Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
c.              Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d.             Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat

3.             Pengertian Globalisasi
Globalisasi telah menjadi sebuah kata yang memiliki makna tersendiri dan seringkali kita baca dan dengar. Banyak pengguna istilah globalisasi memahaminya berbeda dari makna yang sesungguhnya. Oleh karena itu, defenisi globalisasi tidak terikat dengan satu defenisi saja. Seorang ahli sosiologi, Selo Soemardjan mendefinisikan globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama.
Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa. Selain itu, para cendekiawan Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia. Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa dunia ditandai oleh kemajemukan (pluralitas) budaya maka globalisasi sebagai proses juga ditandai sebagai suatu peristiwa yang terjadi di seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses saling memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya pengaruh budaya Barat lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Hal ini seperti yang disimpulkan oleh seorang ahli bernama R. Robertson bahwa globalisasi adalah proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia sebagai satu kesatuan, saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang menyatu. Ahli lain bernama Martin Albrow mengatakan globalisasi menyangkut seluruh proses di mana penduduk dunia terhubung kedalam komunitas dunia yang tunggal, komunitas global.

B.            Problematika Pendidikan Nasional dan Kebudayaan di Era Global
1.             Problematika Pendidikan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :
a.             Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b.             Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
a.             Kurikulum 
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh

b.             Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

c.             Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat
Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.

d.            Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.

e.             Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

f.              Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

g.              Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

h.             Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.  Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum .

i.               Kontoversi diselenggaraknnya UN 
Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis.
Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.

2.             Problematika Kebudayaan
Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan.
Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi, asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan – baik secara sadar atau tidak – kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain.Manusia adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.
Berikut ini terdapat beberapa Problematika Kebudayaan diantaranya:
a.              Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
b.             Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
c.              Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
d.             Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
e.              Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
f.              Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.

C.           Solusi problematika pendidikan nasional dan kebudayaan di era globalisasi.
1.             Solusi Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
a.             Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
b.             Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber SDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.

2.             Solusi kebudayaan di era global yaitu:
a.             Menjalaini kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada kebudayaan Indonesia
b.             Tanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia
c.             Mempelajari dan mengenali kebudayaan daerah Indonesia (tarian,kerajinan tangan, Seni bertutur, alat musik daerah membangun rumah teknik kebudayaan daerah dan lain-lain).

Sudah saatnya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya barat. Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.




BAB III
PENUTUP


A.           Kesimpulan
Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa.
Problematika Pendidikan:
a.              Kurikulum 
b.             Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
c.              Rendahnya Kualitas Guru
d.             Rendahnya Kesejahteraan Guru
e.              Rendahnya Prestasi Siswa
f.              Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
g.              Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
h.             Mahalnya Biaya Pendidikan
i.               Kontoversi diselenggaraknnya UN 

Problematika Kebudayaan diantaranya:
a.              Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
b.             Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
c.              Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
d.             Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
e.              Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
f.              Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.
Untuk mengatasi problematika pendidikan di atas terdapat dua solusi yaitu:  Solusi sistemik dan Solusi teknis. Dan untuk solusi  problematika kebudayaan yaitu: Dengan menanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia serta Menjalani, Mempelajari dan mengenali dan mengembangkan kebudayaan daerah Indonesia.


B.            Saran
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca. Untuk kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran kepada rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku penyusun bisa memperbaki kekurangan-kekurangan dari makalah ini.





DAFTAR   PUSTAKA

Artikelbagus. 2012. Masalah Pendidikan [Online] Tersedia: http://www.artikelbagus.com/2012/12/masalah-pendidikan.html
[13 November 2013]
Sinaga N.F. 2012. Tantangan Global Terhadap Dunia Pendidikan [Online] Tersedia: http://neiyafitrisinagadotcom.wordpress.com/2012/10/23/tantangan-global-terhadap-dunia-pendidikan/
[5 November 2013]
Van. 2012. Permasalahan Pendidikan Di Indonesia [Online] Tersedia: http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/
[15 November 2013]
Wikipedia. Budaya [Online] Tersedia:  http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
[5 November 2013]